Makalah Ekologi pertanian
FAKTOR PEMBATAS
DISUSUN OLEH:
NAMA : NIM
:
MUHAMMAD SYAFRIADI 213 170 001
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN,PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE PARE
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Bahwa saya telah menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dengan
judul “Faktor Pembatas”
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan bantuan yang
diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam
segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan sarannya
untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Parepare, 11 November 2014
Penulis,
Muhammad Syafriadi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisme didalam habitatnya selalu
dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan organisme tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan
mempunyai dimensi ruang dan waktu, yang berarti kondisi lingkungan tidak
mungkin seragam baik dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi lingkungan akan
berubah sejalan dengan perubahan ruang, dan akan berubah pula sejalan dengan
waktu. Organisme hidup akan bereaksi terhadap variasi lingkungan ini , sehingga
hubungan nyata antara lingkungan dan organisme hidup ini akan membentuk
komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang maupun waktu.Lingkungan
organisme tersebut merupakan suatu kompleks dan variasi faktor yang beraksi
berjalan secara simultan, selama perjalan hidup organisme itu. Ada kalanya
tidak sama sekali, hal ini tidak saja bergantung pada besaran intensitas faktor
itu dan faktor – faktor lainnya dari lingkungan, tetapi juga kondisi organisme
itu, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor - faktor tersebut dinamakan faktor
pembatasDengan mengetahui faktor pembatas (limiting factor) suatu organisme
dalam suatu ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme
tidak dapat bertahan hidup.Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan
untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi
yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula. Sebaliknya jika
organisme tersebut tidak mampu melewatinya maka ia memiliki toleransi yang
sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran yang sempit pula.Tidak sedikit
didapati pula bahwa ada organisme tertentu yang tidak hanya beradaptasi dengan
faktor pembatas lingkungan fisik saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan
periodisitas alami untuk mengatur dan memprogram kehidupannya guna mengambil
keuntungan dari keadaan tersebut.
Disini kami akan mengurai lebih dalam lagi mengenai prinsip – prinsip yang berhubungan dengan faktor pembatas tersebut.
Disini kami akan mengurai lebih dalam lagi mengenai prinsip – prinsip yang berhubungan dengan faktor pembatas tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah :
1) Apa saja faktor pembatas itu?
2) Apa prinsip – prinsip yang berhubungan dengan
faktor pembatas?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui apa saja yang menjadi faktor pembatas, dan prinsip – prinsip yang
berkaitan dengan faktor pembatas serta pengaruhnya faktor pembatas terhadap
organisme.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Faktor Fisik sebagai Pembatas dalam Ekosistem
Dengan mengetahui faktor pembatas (limiting factor)
suatu organisme dalam suatu ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi
di mana organisme tidak dapat bertahan hidup.(Champbell, Biologi Edisi Kelima).
Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan
untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi
yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula. Sebaliknya jika
organisme tersebut tidak mampu melewatinya maka ia memiliki toleransi yang
sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran yang sempit pula. . (RA
Hutagalung, Ekologi Dasar)
Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme
tertentu yang tidak hanya beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik
saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan periodisitas alami untuk mengatur dan
memprogram kehidupannya guna mengambil keuntungan dari keadaan tersebut. (RA
Hutagalung, Ekologi Dasar)
Faktor pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya faktor cahaya matahari, suhu, ketersediaan sejumlah air, gabungan antara faktor suhu dan kelembaban, dan lain sebagainya.
Faktor pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya faktor cahaya matahari, suhu, ketersediaan sejumlah air, gabungan antara faktor suhu dan kelembaban, dan lain sebagainya.
B. Faktor Kimiawi dan Nonfisik Ekosistem
Faktor pembatas nonfisik adalah unsur-unsur
nonfisik seperti zat kimia yang terdapat dalam lingkungan akan menjadi faktor
pembatas bagi organisme-organisme untuk dapat hidup dan berinteraksi satu sama
lainnya.(RA Hutagalung, Ekologi Dasar)
Kondisi lingkungan perairan (aquatic) berbeda dengan kondisi lingkungan daratan (terrestrial), terutama ditinjau dari keberadaan unsur kimiawi seperti; O2, CO2, dan gas-gas terlarut lainnya yang dapat diperoleh organisme di lingkungannya.(RA Hutagalung, Ekologi Dasar).
Kondisi lingkungan perairan (aquatic) berbeda dengan kondisi lingkungan daratan (terrestrial), terutama ditinjau dari keberadaan unsur kimiawi seperti; O2, CO2, dan gas-gas terlarut lainnya yang dapat diperoleh organisme di lingkungannya.(RA Hutagalung, Ekologi Dasar).
Garam biogenik adalah garam-garam yang terlarut
dalam air, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur
(S), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Zat kimia ini
merupakan unsur vital bagi keberlanjutan organisme tertentu.(RA Hutagalung,
Ekologi Dasar).
Tanah terdiri atas bahan induk, bahan organik, dan
mineral yang hasil pencampurannya dapat membentuk tekstur tanah tertentu.
Ruang-ruang antara hasil pencampuran bahan-bahan tadi diisi oleh gas dan air.
Kondisi tekstur dan kemampuan tanah inilah yang akan menentukan ketersediaan
unsur hara bagi tumbuhan dan hewan di atasnya.(soeraatmadja, Ilmu Lingkungan).
Tumbuhan perdu yang mempunyai daun lebar lebih
tahan terhadap keterbatasan sinar matahari, sedangkan tumbuhan rerumputan
sangat membutuhkan sinar matahari. Lebar atau kecil daun berpengaruh langsung
terhadap kemampuan tumbuhan untuk melakukan kegiatan fotosintesis dan penguapan
(transpirasi). Semakin lebar daun semakin tinggi kemampuan fotosintesis dan
semakin besar pula penguapan. (soeraatmadja, Ilmu Lingkungan).
Faktor cahaya, temperatur, dan kadar garam dalam
ekosistem perairan akan berinteraksi bersama menjadi faktor pembatas utama
terhadap keberadaan organisme. Hal ini dapat dilihat jelas pada perbedaan jenis
organisme yang biasa didapati di dekat muara sungai dengan yang terdapat di
lepas pantai atau laut dalam.(RA Hutagalung, Ekologi Dasar).
C. Tipologi Ekosistem dan Indikator Ekologi
Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau
kelompok organisme-organisme tergantung kepada kompleksitas suatu keadaan.
Keadaan yang mana pun yang mendekati atau melampaui batas-batas toleransi
dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya faktor
pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu organisme akan mampu
bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu.(Uya, Komponen Ekosistem)
Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang
lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup maka
faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabila organisme
diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor
yang beragam maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas.
Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk di antaranya adalah temperatur,
cahaya, air, gas atmosfer, mineral, arus, dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing
dari organisme mempunyai kisaran kepekaan berbeda terhadap faktor pembatas.(RA
Hutagalung, Ekologi Dasar)
Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap
faktor ini bertindak sebagai ikut menyeleksi organisme yang mampu bertahan dan
hidup pada suatu wilayah sehingga sering kali didapati adanya
organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu pula.
Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada
wilayah tersebut. (RA Hutagalung, Ekologi Dasar)
D. Faktor – Faktor Pembatas Yang Terikat Padat dan Bebas dari Kepadatan
Bila suatu populasi tidak dikenai faktor pembatas
mana pun sehingga dapat merealisir potensi biotik secara penuh, pertumbuhannya
berlangsung dengan pola eksponen, tetapi pertumbuhan eksponen ini tidak dapat
berlangsung lama karena ada peranan faktor pembatas lingkungan. Kadang – kadang
factor lingkungan menyebabkan pertumbuhan eksponen tiba – tiba berhenti. (
Heddy suwasono, Pengantar Ekologi)
Dalam kasus ini faktor pembatas kecil sekali
efektivitasnya dan peningkatan, dan tiba – tiba menjadi sangat efektif, yang
biasanya menyebabkan penurunan yang cepat pada kepadatan populasi. Pola
pertumbuhan populasi ini adalah cirri beberapa serangga kecil dengan siklus
hidup pendek dimana populasi tumbuh dengan cepat selama periode cuaca yang
sesuai dengan kemudian tiba – tiba menurun bila cuaca berubah. Ingat bahwa
faktor pembatas disini adalah tergantung pada kepadatan populasi; perubahan
cuaca bukan disebabkan oleh meningkatnya populasi dan pengaruh pembatasnya akan
parah pada populasi kecil maupun besar. ( Heddy suwasono, Pengantar Ekologi).
Biasanya ada fluktuasi, kadang – kadang fluktuasi
ini berasal dari fluktuasi lain dalam lingkungn fisik, yang dapat meningkatkan
dan menurunkan “daya dukung”. Tetapi fluktuasi kepadatan juga terjadi di
labdimana kondisi lingkungan juga dijaga sekonstan mungkin. Jadi pola
pertumbuhan yang sebenarnya bisa mendekati kurva sigmoid hanya dengan cara
kasar. Akan menghasilkan kurva pertumbuhan sigmoid bila faktor pembatas makin
efektif sesuai dengan kenaikan kepadatan populasi, yaitu bila faktor pembatas
paling sedikit tergantung pada kepadatan. Perbedaan antara factor pembatas yang
tergantung pada kepadatan dan yang tidak tergantung pada kepadatan belum jelas,
tetapi walaupun demikian konsep tersebut berguna untuk menjelaskan jenis –
jenis pengaruh lingkungan yang ikut membantu menentukan kepadatan populasi.
Sebenarnya faktor yang tidak tergantung pada kepadatan adalah yang secara
konstan mempengaruhi tanpa mempengaruhi populasi apa apun. Bila populasi inang
meningkat, persentase yang menjadi korban akan tinggi karena masing – masing
individu yang mungkin terpaksa mengalami situasi yang kurang memadai atau makin
lemah sehingga mudah terbang dari sumber daya yang ada menjadi mudah diketemukan
dan di serang. ( Heddy suwasono, Pengantar Ekologi)
E. Hukum Minimum Leibig dan Hukum Toleransi
Hukum Leibig menyebutkan bahwa "sesuatu
organisme tidak lebih kuat dari pada rangkaian terlemah dari rantai kebutuhan
ekologinya". Hukum Leibig adalah hukum atau ketentuan fenomena alam pada
ekosistem tertentu yang menyatakan bahwa organisme tertentu hanya dapat
bertahan hidup pada kondisi faktor tertentu dalam keadaan minimum.(RA
Hutagalung, Ekologi Dasar).
Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa organisme
tertentu dapat bertahan hidup tidak hanya ditentukan oleh faktor pembatas
minimum saja, tetapi juga ditentukan oleh faktor pembatas maksimum. Dengan
mengetahui batas toleransi suatu organisme maka hal ini dapat membantu memahami
pola dan penyebaran organisme pada ekosistem tertentu.Untuk menyatakan batas
toleransi suatu organisme sering dipakai istilah yang umum, yaitu berawalan
steno yang berarti sempit dan eury yang berarti lebar/luas.(RA Hutagalung,
Ekologi Dasar).
Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan
tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Keperluan-keperluan dasar ini
bervariasi antara jenis dan dengan keadaan tertentu. Apabila keperluan mendasar
ini hanya tersedia dalam jumlah yang paling minimum maka akan bertindak sebagai
faktor pembatas. Walaupun demikian, seandainya keperluan mendasar yang hanya
tersedia minimum berada dalam waktu "sementara" tidak dapat dianggap
sebagai faktor minimum karena pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat
berubah.(Uya, Komponen Ekosistem)
Ternyata kondisi minimum dari suatu kebutuhan
mendasar bukan merupakan satu-satunya faktor pembatas kehidupan suatu
organisme, tetapi juga dalam keadaan terlalu maksimumnya kebutuhan tadi
sehingga dengan kisaran minimum-maksimum ini dianggap sebagai batas-batas
toleransi organisme untuk dapat hidup. Namun, dalam kenyataan tidak sedikit
organisme yang mempunyai kemampuan untuk "relatif" mengubah keadaan
lingkungan fisik guna mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh lingkungan
fisiknya.(Uya, Komponen Ekosistem)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Macam – Macam Faktor Pembatas
Dengan mengetahui faktor pembatas (limiting factor)
suatu organisme dalam suatu ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi
di mana organisme tidak dapat bertahan hidup.
Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan
untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi
yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula. Sebaliknya jika organisme
tersebut tidak mampu melewatinya maka ia memiliki toleransi yang sempit dan
memiliki kisaran geografi penyebaran yang sempit pula.
Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme
tertentu yang tidak hanya beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik
saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan periodisitas alami untuk mengatur dan
memprogram kehidupannya guna mengambil keuntungan dari keadaan tersebut.
Faktor pembatas dapat dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu :
1. Faktor pembatas fisik
Faktor
pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya :
a) Cahaya matahari, intensitas cahaya bukan
merupakan bagian terpenting yang membatasi pertumbuhan tumbuhan dilingkungan
darat, tetapi penaungan oleh kanopi hutan membuat persaingan untuk mendapatkan
cahaya matahari dibawah kanopi tersebut menjadi sangat ketat.
b)
suhu, suhu daapt dikatakan sebagai factor pembatas karena pengaruhnya pada
proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu
tubuhnya secara tepat. Dan sebagian organisme tidak dapat mempertahankan suhu
tubuhnya lebih tinggi beberapa derajat diatas atau dibawah suhu lingkungan
sekitar.
c)
ketersediaan sejumlah air, air dapat dikatakan sebagai factor pembatas, ketika
ada organisme yang hidup terendam diair, tetapi ada masalah keseimbangan air,
jika tekanan osmosis intra seluler organisme tersebut tidak sesuai dengan
tekanan air disekitarnya. Serta factor yang lainnya,
2. Faktor pembatas kimiawi dan non fisik
Faktor pembatas nonfisik adalah unsur-unsur
nonfisik seperti zat kimia yang terdapat dalam lingkungan akan menjadi faktor
pembatas bagi organisme-organisme untuk dapat hidup dan berinteraksi satu sama
lainnya.
Kondisi lingkungan perairan (aquatic) berbeda
dengan kondisi lingkungan daratan (terrestrial), terutama ditinjau dari
keberadaan unsur kimiawi seperti; O2, CO2, dan gas-gas terlarut lainnya yang
dapat diperoleh organisme di lingkungannya.
Garam biogenik adalah garam-garam yang terlarut dalam air, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Zat kimia ini merupakan unsur vital bagi keberlanjutan organisme tertentu.
Garam biogenik adalah garam-garam yang terlarut dalam air, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Zat kimia ini merupakan unsur vital bagi keberlanjutan organisme tertentu.
3. Faktor pembatas Tipologi Ekosistem dan Indikator Ekologi
Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau
kelompok organisme-organisme tergantung kepada kompleksitas suatu keadaan.
Keadaan yang mana pun yang mendekati atau melampaui batas-batas toleransi
dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya faktor
pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu organisme akan mampu
bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu.
Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup maka faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabila organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk di antaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfer, mineral, arus, dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan berbeda terhadap faktor pembatas.
Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut menyeleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah sehingga sering kali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut.
Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup maka faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabila organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk di antaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfer, mineral, arus, dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan berbeda terhadap faktor pembatas.
Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut menyeleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah sehingga sering kali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut.
B. Prinsip – Prinsip yang Berhubungan dengan Faktor Pembatas
1. Hukum Minimum dari Leibig
Justus van leibig, seorang pelopor dalam penelitian
mengenai pengaruh macam – macam faktor lingkungan, terutama unsure kimia didalam
tanah, terhadap tumbuhan (pertanian), menemukan bahwa produksi pertanian sering
tidak ditentukan oleh bahan nutrisi dalam jumlah banyak, misalnya seperti air
atau CO2, karena bahan – bahan ini terdapat dalam jumlah yang banyak
dilingkungan, melainkan oleh zat – zat seperti misalnya boron, yang diperlukan
oleh lingkungan dalam jumlah yang kecil. Unsure boron dalam hal ini merupakan
unsur esensial yang tersedia dalam jumlah yang mendekati tingkat minimum
kritis, bersifat membatasi atau menentukan.
Prinsip ini diformulasikan sebagai berikut : “
dalam kondisi yang mantap, maka bahan esensial yang tersedia di lingkungan
dalam jumlah yang mendekati minimum kritis, cenderung bersifat membatasi”.
Kondisi lingkungan kondisi yang mantap adalah suatu
kondisi apabila masukan dan hasil dari energi atau materi terdapat dalam
keseimbangan. Hokum ini kurang berlaku jika kondisi lingkungan yang keadaannya
kurang mantap, seperti terjadinya eutrofikasi atau polusi.
2. Hukum Toleransi dari Shelford
menyatakan bahwa organisme tertentu dapat bertahan
hidup tidak hanya ditentukan oleh faktor pembatas minimum saja, tetapi juga
ditentukan oleh faktor pembatas maksimum.
Dengan mengetahui batas toleransi suatu organisme
maka hal ini dapat membantu memahami pola dan penyebaran organisme pada
ekosistem tertentu.
Untuk menyatakan batas toleransi suatu organisme sering dipakai istilah yang umum, yaitu berawalan steno yang berarti sempit dan eury yang berarti lebar/luas.
Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan tertentu. Apabila keperluan mendasar ini hanya tersedia dalam jumlah yang paling minimum maka akan bertindak sebagai faktor pembatas. Walaupun demikian, seandainya keperluan mendasar yang hanya tersedia minimum berada dalam waktu "sementara" tidak dapat dianggap sebagai faktor minimum karena pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat berubah.
Ternyata kondisi minimum dari suatu kebutuhan mendasar bukan merupakan satu-satunya faktor pembatas kehidupan suatu organisme, tetapi juga dalam keadaan terlalu maksimumnya kebutuhan tadi sehingga dengan kisaran minimum-maksimum ini dianggap sebagai batas-batas toleransi organisme untuk dapat hidup. Namun, dalam kenyataan tidak sedikit organisme yang mempunyai kemampuan untuk "relatif" mengubah keadaan lingkungan fisik guna mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh lingkungan fisiknya.
Untuk menyatakan batas toleransi suatu organisme sering dipakai istilah yang umum, yaitu berawalan steno yang berarti sempit dan eury yang berarti lebar/luas.
Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan tertentu. Apabila keperluan mendasar ini hanya tersedia dalam jumlah yang paling minimum maka akan bertindak sebagai faktor pembatas. Walaupun demikian, seandainya keperluan mendasar yang hanya tersedia minimum berada dalam waktu "sementara" tidak dapat dianggap sebagai faktor minimum karena pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat berubah.
Ternyata kondisi minimum dari suatu kebutuhan mendasar bukan merupakan satu-satunya faktor pembatas kehidupan suatu organisme, tetapi juga dalam keadaan terlalu maksimumnya kebutuhan tadi sehingga dengan kisaran minimum-maksimum ini dianggap sebagai batas-batas toleransi organisme untuk dapat hidup. Namun, dalam kenyataan tidak sedikit organisme yang mempunyai kemampuan untuk "relatif" mengubah keadaan lingkungan fisik guna mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh lingkungan fisiknya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor pembatas terdiri dari faktor pembatas
fisik yang kita kenal secara luas di antaranya faktor cahaya matahari, suhu,
ketersediaan sejumlah air, dan lain sebagainya, Faktor pembatas nonfisik yaitu
nonfisik seperti zat kimia Dan Tipologi Ekosistem dan Indikator Ekologi.
2.
Prinsip – prinsip yang berkaitan dengan faktor pembatas meliputi Hukum Leibig
menyebutkan bahwa "sesuatu organisme tidak lebih kuat dari pada rangkaian
terlemah dari rantai kebutuhan ekologinya". Hukum Leibig adalah hukum atau
ketentuan fenomena alam pada ekosistem tertentu yang menyatakan bahwa organisme
tertentu hanya dapat bertahan hidup pada kondisi faktor tertentu dalam keadaan
minimum. Dan Hukum Toleransi Shelford menyatakan bahwa organisme tertentu dapat
bertahan hidup tidak hanya ditentukan oleh faktor pembatas minimum saja, tetapi
juga ditentukan oleh faktor pembatas maksimum. Dengan mengetahui batas
toleransi suatu organisme maka hal ini dapat membantu memahami pola dan
penyebaran organisme pada ekosistem tertentu
B. Saran
Untuk melestarikan lingkungan hidup sebaiknya kita
memperhatikan factor pembatasnya, sehingga setiap organisme dapat hidup
didaerah yang sesuai dengan keadaan organisme itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Erlangga; Jakarta.
Hutagalung, RA., 2010. Ekologo Dasar. Erlangga;
Jakarta.
Soeraatmadja. 1987. Ilmu Lingkungan. ITB; Bandung.
Suwasono, Heddy. 1986. Pengantar Ekologi.
Universitas Brawijaya; Malang
Uya. 2010. Komponen Ekosistem. http://www.shvoong.com/exact-
sciences/biology/2012066-komponen-ekosistem.html
Diakses tanggal 12 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar