MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN KAKAO
(Theobroma cacao L.)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esah atas berkat
dan kasi karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Dimana makalah ini di tujukan agar masyarakat tahu cara
membudidayakan kakao.
Pada kesempatan ini kami juga
tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih untuk semua bimbingan, arahan,
dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat selesai. Kami menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih
sangat sederhana dan masih belumsempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifatmembangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan diterima dangan
baik.
Polewali, 5
Ferbuari 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman kakao berasal dari Amerika
Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di hutan hujan tropis, tanaman kakao telah
menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat selama 2000 tahun. Nama latin tanaman
kakao adalah Theobroma Cacao yang berarti makanan untuk Tuhan.
Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika
Tengah telah membudidayakan tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan
orang-orang Eropa. Orang-orang Indian Mesoamerikalah yang pertama kali
menciptakan minuman dari serbuk coklat yang dicampur dengan air dan kemudian
diberi perasa seperti: merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini
merupakan minuman spesial yang biasanya dipersembahkan untuk pemerintahan Mayan
dan untuk upacara-upacara spesial.
Masyarakat Mayan menggunakan biji kakao
sebagai mata uang (sebagai alat pembayaran). Pada abad ke-16 sesuai riwayat
orang Spanyol seekor kelinci seharga 10 buah kakao dan seekor anak keledai
seharga 50 buah kakao.
Masyarakat Spanyol
belajar tentang kakao dari masyarakat Indian Aztec pada tahun 1500-an dan mereka
kembali ke Eropa dengan membawa makanan baru yang menggoda ini. Di Spanyo,
kakao adalah minuman yang dipersembahkan hanya untuk raja. Mereka meminumnya
selagi masih panas dengan diberi rasa gula dan madu. Secara perlahan tetapi
pasti kakao berkembang ke kerajaan-kerajaan di Eropa dan pada abad ke-17 kakao
menjadi persembahan khusus untuk masyarakat kelas atas.
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma
cacao L.
BAB II
SYARAT TUMBUH
1). Curah hujan.
·
Curah hujan pertnaman kakao di
Indonesia berkisar antara 1800 – 3000 mm pertahun dan merata sepajang tahun.
·
Tanaman kakao masih bisa hidup pada
musim kering yang berlangsung 2 bulan.
2). Kelembapan udara
Kelembapan udara relatif yang
dikehendaki tanaman kakao adalah 80 – 90 %
3). Angin
Angin kencang dapat mengakibatkan
kerusakan mekanis pada tanaman kakao serta menurunkan kelembapan relatif udara
.
Pengaruh angin kering pada pertanaman
kakao di dekat pantai mengakibatkan matinya jaringan sel daun pada bagian tepi.
4). Intensitas cahaya
Intensitas cahaya matahari diatur
dengan adanya pohon pelindung. Intensitas cahaya matahari akan mengatur
perbungaan tanaman kakao.
5). Suhu
Suhu yang dikehendaki berkisar antara 24o C dan 28o
C tiap harinya. Suhu di atas 30o C dibawah naungan sering
menimbulkan terlalu banyak pertumbuhan vegetatif.
Tanaman coklat menghendaki tanah dengan
sifat – sifat berikut :
·
Mudah meresap air.
·
Drajat kemiringan 0 – 40 %
·
Kedalaman efektif minimal 90 cm.
·
Tidak mempunyai lapisan padas yang
dangkal.
·
pH 5 – 7
·
Mengandung banyak humus.
Tanaman
coklat akan baik tumbuhnya di daerah yang mempunyai ketinggian 0 – 500 m dari
permukaan laut. Dapat pulah dibudidayakan sampai ketinggian tempat 800 m dari
permukaan laut.
Bibit coklat bisa diperoleh dengan 2
cara yaitu :
1)
Melalui perbanyakan generatif ( biji ).
2)
Melalui perbanyakan vegetatif (
okulasi, enten, atau stek ).
1)
Persemaian pendahuluan
Persemaian pendahuluan berfungsi untuk
mengecambahkan biji sebelum dipindahkan ke persemaian pemeliharaan.
Persemaian pendahuluan dapat dibuat
dari peti yang berisi pasir steril/serbuk gergaji steril (yang sudah direbus)
atau karung goni steril. Biji – biji yang dikecambahkan disusun rapat ,tetapi
jangan sampai bersentuhan.
2) Persemaian pemeliharaan
Persemaian pemeliharaan adalah tempat
menampung dan memelihara kecambah dari persemaian pendahuluan.
·
Bentuk persemaian pemeliharaan :
Bentuk keranjang / plastic
Keranjang / plastic ini mempunyai
ukuran tinggi 35 – 40 cm dengan garis tengah 15 cm dan di misi tanah, pasir,
kompos, pupuk kandang, dengan perbandingan 4 : 1 : 1 : 1 .
Kadang – kadang campuran ini sedikit
diberi kapur.
Setiap keranjang / plastic diisi satu
kecambah dengan membenamkan sedalam jari telunjuk , lalu ditutup dengan tanah.
Keranjang / plastik yang sudah diberi
tanaman disusun diatas rak dengan jarak 40 cm, tinggi rak 25 cm dari atas tanah
dan dibuat tempat yang teduh atau dibuat larikan – larikan pohon petai cina dan
turi yang mempunyai jarak tanam 3 – 4 m. Selain itu perlu di beri atap setinggi
2 m yang dibuat dari daun kelapa, alaang – alang dsb.Atap ini berangsur – angsur
dikurangi.
·
Perawatan persemaian pemeliharaan dalam
keranjang / plastik meliputi :
1.
Menyiram minimal 1 kali sehari.
2.
Setiap 10 hari diberipupuk urea 1,4 gr.
untuk tiap keranjang / plastik.
3.
Pemberantasan hama.
Penyakit yang sering menyerang pada
pembibitan adalah GLOESPORIUM. Pemberantasan dilakukan dengan Dithane m-45
dengan dosis 0,1 – 0,2 % rotasi 2 minggu.
Lahan perkebunan coklat/kakao
dapat berasal dari hutan asli, hutan sekunder, tegalan, bekas tanaman
perkebunan atau pekarangan. Lahan yang miring harus dibuat teras-teras agar
tidak terjadi erosi. Areal dengan kemiringan 25-60% harus dibuat teras
individu.
Cara penyiapan lahan dapat dengan cara
pemberihan selektif dan pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus
dibersihkan/dimusnahkan supaya tanaman kakao dan pohon naungan dapat tumbuh
baik. Untuk memperlancar pembuangan air, saluran drainase yang secara alami
telah ada harus dipertahankan dan berfungsi sebagai saluran primer. Saluran
sekunder dan tersier dibangun sesuai dengan keadaan lapangan.
Tanah-tanah dengan pH di bawah 5
perlu diberi kapur berupa batu kapur sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok
sebanyak 1.500 kg/ha.
Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat
dilakukan guna untuk merangsang pertumbuhan bibit cokelat. Lubang-lubang
tersebut perlu diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/lubang atau
pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang.
Pupuk-pupuk tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat,
kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan
pupuk kandang/kompos.
2.4
Teknik Penanaman
Hubungan tanam yang biasa dipakai untuk
tanaman coklat adalah hubungan segi empat dengan jarak tanam 4 m x 4 m atau 5 m
x 5 m .
Kadang – kadang dipakai juga hubungan
pagar yaitu dengan jarak antara barisan tanam 4 m dan jarak tanam di dalam
barisan 2 m. jarak tanam 4 m x 2 m ini memberikan hasil lebih tinggi di
bandingkan jarak tanam 4 m x 4 m dengan hubungan segi empat.
Lubang tanam dibuat beberapa bulan
sebelum masa tanam. Ukuran lubang tanam adalah 60 x 60 x 60 cm.
Pemupukan lubang tanam dilakukan dengan
memberikan pupuk agrophos 0,3 kg perlubang tanaman dan dilakukan 2 minggu
sebelum masa tanam. Kemudian lubang tersebut ditutup kembali.
Tanaman coklat dikebun memerlukan
pelindung sementara dan pelindung tetap. Pelindung sementara akan memberikan
perlindungan secukupnya pada waktu bibit ditanamkan. Sedang pelindung tetap
akan memberikan perlindungan kepada coklat dengan intensitas sedang.
Perlindugan sementara terdiri atas :
1)
Theprosia candida
Theprosia candda ditanam 2 minggu
sebelum penanaman bibit coklat dikebun.Biji – bijinya disebar menurut barisan
sejajar dengan barisan lubang tanam dengan jarak 1 m dari lubankg tersebut.
2)
Flamengia congesta
Flamengia congesta disebar 6 bulan
sebelum penanaman coklat dikebun.
Penyebarannya berupa barisan sejajar dengan lubang tanam dengan jarak 2,5 dari
lubang. Sebelum disebar biji – biji dicampur dengan pupuk agrophos dengan perbandingan
1 : 1 setelah 3 tahun flamengia sp ini dibongkar.
3)
Perlindungan atap atau daun – daun yaitu bila pelindung berupa tanaman hidup
tidak diadakan.
Perlindungan tetap terdiri atas
berbagai jenis tanaman misalnya :
1)
Albizzia yang ditanam dalam bentuk
stump tinggi berumur 1 tahun. Penanamannya dilakukan 2 minggu sebelum coklat
ditanam dengan jarak tanam 4 m x 4 m.
2)
Leucaena sp.yang ditanam dari bibit
yang telah disemai 6 bulan sebelumnya dengan waktu penanaman bersamaan dengan
flamengia sp. Jarak tanam Leucaena sp.adalah 3,5 m x 5 m. pada umur Leucaena 1
tahun dilakukan okulasi dengan L. glauca digunakan sebagai batang bawah, sedang
L.glabrata sebagai batang atas.
Lubang tanam dibuka kembali sebesar
tanah putaran atau besarnya keranjang / plastik dari bibit sebelum penanaman
dilakukan.
Sebelum bibit ditanam, bagi bibit
keranjang atau kantong plastik, kranjang atau plastiknya harus dilepas terlebih
dahulu dengan cara :
·
Mula – mula alas keranjang / kantong
plastik digunting.
·
Lalu bibit dimasukan ke dalam lubang
tanam yang dibuat sebesar tanah putaran dengan telapak tangan sebagai penumpu
alas bibit.
·
Kemudian dinding keranjang atau kantong
plastik digunting dari atas kebawah.
·
Sesudah itu keranjang atau plastik
ditarik keluar.
·
Setelah bibit di tanam sedalam leher
akar maka tanah disekitar bibit dipadatkan serta permukaannya dibuat meninggi
menuju leher akar.
BAB III
BUDIDAYA TANAMAN
Penyulaman dapat dilakukan sampai
tanaman berumur 10 tahun.
Pengendalian gulma dilakukan dengan
membabat tanaman pengganggu sekitar 50 cm dari pangkal batang atau dengan
herbisida sebanyak 1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air.
Penyiangan yang paling aman adalah dengan cara mencabut tanaman
pengganggu.Tujuan penyiangan/pengendalian gulma adalah untuk mencegah
persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara, untuk mencegah hama dan
penyakit serta gulma yang merambat pada tanaman cokelat/kakao. Dalam
pemberantasan gulma harus dikaukan rutin minimal satu bulan sekali, yaitu
dengan menggunakan cangkul, koret/dicabut dengan tangan. .
Tujuan pemangkasan adalah untuk
menjaga/pencegahan serangan hama atau penyakit, membentuk pohon, memelihara
tanaman dan untuk memacu produksi.
a)
Pemangkasan bentuk1. Fase
muda. Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang
yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah
untuk membentuk jorquette (percabangan)2. Fase remaja. Dilakukan
pada saat tanaman berumur 18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh
30-60 cm dari jorquette (percabangan)
b)
Pemangkasan pemeliharaan.Membuang tunas
yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang
menyebabkan tanaman terlalu rimbun.
c)
Pemangkasan produksi. Bertujuan untuk mendorong
tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini
dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun.
Dosis pemupukan tanaman yang belum
berproduksi (gram/tanaman):
a)
Umur 2 bulan: ZA=50 gram/pohon.
b)
Umur 6 bulan: ZA=75 gram/pohon; TSP=50
gram/pohon; KCl=30 gram/pohon; Kleserit=25 gram/pohon
c)
Umur 12 bulan: ZA=100 gram/pohon
d)
Umur 18 bulan: ZA=150 gram/pohon;
TSP=100 gram/pohon; KCl=70 gram/pohon; Kleserit=50 gram/pohon
e)
Umur 24 bulan: ZA=200
gram/pohon Dosis pemupukan tanaman berproduksi
(gram/tanaman):a) Umur 3 tahun: ZA = 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x
50 gram/pohon, TSP = 2 x 50 gram/pohon, KCl = 2 x 50 gram/pohon.b)
Umur 4 tahun: ZA = 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 100 gram/pohon, TSP = 2 x 100
gram/pohon, KCl = 2 x 100 gram/pohon.c) > 5 tahun: ZA = 2 x 250
gram/pohon, Urea = 2 x 125 gram/pohon, TSP= 2 x 125 gram/pohon, KCl = 2 x 125
gram/pohon. Pemupukan dilakukan dengan membuat alur sedalam 10 cm di
sekeliling batang kakao dengan diameter kira-kira ½ tajuk. Waktu pemupukan di
awal musim hujan dan akhir musim hujan.
Penyemprotan pestisida dilakukan
dengan dua tahapan, pertama bersifat untuk pencegahan sebelum diketahui ada
hama yang benar-benar menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan.
Penyemprotan tahapan kedua adalah usaha pemberantasan hama, selain jenis
juga kadarnya ditingkatkan. Misal untuk pemberantasan digunakan insektisida
berbahan aktif seperti Dekametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC),
Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil Nudrin 24 WSC/Lannate 20 L) dan
Fenitron (Karbation 50 EC).
Dari bunga yang muncul hanya 5% yang
akan menjadi buah, peningkatan persentase pembuahan dapat dilakukan
dengan penyerbukan buatan. Bagian bunga yang mekar digosok denga
bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya, kemudian bunga ditutup dengan
sungkup. Penggosokan dilakukan dengan jari tangan.
Tanaman dewasa yang produktivitasnya
mulai menurun tidak diremajakan (ditebang untuk diganti tanaman baru), tetapi
direhabilitasi dengan cara okulasi tanaman dewasa dan sambung samping tanaman
dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena peremajaan dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih cepat berproduksi. Entres
(bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau produksi yang telah diseleksi,
berupa cabang berwarna hijau, hijau kekakaoan atau kakao, diameter 0,75-1,50 cm
dan panjang 40-50 cm. Sambungan dapat dibuka setelah 3-4 minggu.
Penyiraman tanaman cokelat yang tumbuh
dengan kondisi tanah yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak
memerlukan air. Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat
lembab. Penyiraman pohon cokelat dilakukan pada tanaman muda terutama tanaman
yang tak diberi pohon pelindung.
BAB IV
HAMA DAN PENYAKIT
4.1.1 Penggerek cabang (Zeuzera coffeae)
Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm.
Gejala: cabang mati atau mudah patah.
Pengendalian: membuang cabang
yang terserang, kemudian dengan predator alami: jamur Beauveria bassiana.
4.1.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)
Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga.
Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk
cekung berukuran 3-4 mm.
Pengendalian: membuang bagian yang terserang.
Predator: belalang sembah, kepik predator. Selain itu gunakan insektisida
Baytroid 50EC, Lannate 25 WP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75
SP.
4.1.3 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)
Bagian yang diserang adalah buah kakao.
Gejala: daging buah busuk.
Pengendalian: membuang dan mengubur
buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan
lubang di bagian bawah.
4.1.4 Kutu putih (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah.
Gejala: timbul tunas tumbuh
tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah
tidak normal.
Pengendalian: gunakan insektisida berbahan
aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril.
4.1.5 Ulat kantong (Clania sp., Mahasena sp.)
Bagian yang diserang adalah daun dan tunas.
Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk.
Pengendalian: dengan parasit Exoresta
uadrimaculata, Tricholyga psychidarum . Selain itu gunakan
insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide.
4.1.6 Kutu jengkal (Hyposidra talaca.)
Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua).
Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang
daun saja.
Pengendalian: gunakan
insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%).
4.2.1 Busuk buah hitam
Penyebab: Phytopthora palmivora . Bagian
yang diserang adalah buah.
Gejala: bercak kakao di titik pertemuan
tangkai buah dan buah atau ujung buah. Gejala pada serangan berat adalah buah
diliputi miselium abu-abu keputihan. Pengendalian: dengan cara
buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara
pemangkasan. Selain itu gunakan insektisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit
0,3% atau Cobox 0,3% atau insektisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan
Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu.
4.2.2 Kanker batang
Penyebab: Phytopthora pal-mivora. Bagian
yang diserang adalah batang.
Gejala: bercak basah berwarna
tua pada kulit batang atau cabang, keluarnya cairan dari batang atau cabang
yang akan mengering dan mengeras.
Pengendalian: buah yang sakit diambil, kurangi
kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan fungisida
dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3%. atau ungisida bahan aktif
Mankozeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. Keroklah
bagian yang sakit dan mengolesinya dengan ter/fungisida.
4.2.3 Busuk buah diplodia
Penyebab: Botrydiplodia theobramae (jamur).
Bagian yang diserang buah.
Gejala: bercak kekakaoan pada
buah, lalu buah menghitam menyeluruh . Pengendalian: cegah
timbulnya luka, buah yang sakit dibuang. Kemudian gunakan fungisida dengan
bahan aktif Cu: Vitigran Blue, Trimiltox Forte, Cupravit OB pada konsentrasi
0,3%.
4.2.4 Vascular Steak Dieback (VSD)
Penyebab: Oncobasidium theobromae (jamur).
Bagian yang diserang adalah daun, ranting/cabang.
Gejala: bintik-bintik kecil hijau pada daun
terinfeksi dan terbentuk tiga bintik kekakaoan, kulit ranting/cabang kasar,
pucuk mati (dieback).
Pengendalian: gunakan bibit bebas VSD, perhatikan
anitasi tanaman, kurangi kelembaban, tingkatkan intensitas cahaya matahari dan
perbaiki drainase dan pemupukan.
4.2.5 Bercak daun, mati ranting dan busuk buah
Penyebab: Colletorichum sp. (jamur).
Bagian yang diserang adalah daun, ranting, buah.
Gejala: bercak nekrotik pada daun, daun
gugur, pucuk mati, buah muda keriput kering (busuk kering).
Pengendalian: peningkatan sanitasi, memotong
ranting dan buah yang terserang, pemupukan berimbang dan perbaikan drainase.
Kemudian gunakan fungisida sistemik Karbendazim 0,5% dengan interval 10
hari.
4.2.6 Busuk buah monilia
Penyebab: Monilia roreri (jamur). Bagian
yang diserang buah muda.
Gejala: benjolan dan warna belang pada buah
berukuran 8-10 cm, penumpukan lendir di dalam rongga buah, dinding buah mengeras.
Pengendalian: menurunkan
kelembaban udara dan tanah, membuang buah rusak. Kemudian gunakan fungisida
dengan bahan aktif Cu: Cobox 0,3%, Cupravit 0,3 % selama 3-4 minggu.
4.2.7 Penyakit akar
Penyebab: Rosellinia arcuata R bumnodes,
Rigidoporus liginosus, Ganoderma pseudoerrum, Fomes lamaoensis (jamur).
Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: daun menguning dan layu, pada leher
akar/pangkal batang terdapat miselium. Pengendalian: pembuatan
parit isolasi di sekitar tanaman terserang, pemusnahan tanaman sakit. Kemudian
oleskan fungisida pada permukaan akar yang lapisan miseliumnya telah dibuang.
Fungisida dengan bahan aktif PNCB: Fomac 2, Ingro Pasta, Shell Collar
Protectant, Calixin Cp.
BAB V
PANEN DAN PASCA PANEN
5.1.1 Ciri dan Umur Panen
Buah cokelat/kakao bisa dipenen apabila
perubahan warna kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan
matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri buah akan dipanen adalah warna kuning pada
alur buah; warna kuning pada alur buah dan punggung alur buah; warna kuning
pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada seluruh permukaan
buah. Kakao masak pohon dicirikan dengan perubahan warna
buah:a) Warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah
menjadi kuning.b) Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah
setelah masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada waktu 5,5
bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi) setelah penyerbukan.
Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang
masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang
terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma
berkurang.
5.1.2 Cara Panen
Untuk memanen cokelat digunakan pisau
tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya,
jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya
dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang
ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode
berikutnya. Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor
mengawasi 20 orang per hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao
sebanyak 1.500 buah per hari. Buah matang dengan kepadatan cukup
tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam
hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem
7/14.
5.1.3 Periode Panen
Panen dilakukan 7-14 hari sekali.
Selama panen jangan melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga
tidak dapat tumbuh labi di tempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya.
5.1.4 Prakiraan Produksi
Tanaman kakao mencapai produksi
maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun adalah
1.000 kg biji kakao kering.
5.2.1 Pengumpulan
Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu dan
dikelompokkan menurut kelas kematangan. Pemecahan kulit dilaksanakan dengan
menggunakan kayu bulat yang keras.
5.2.2 Penyortiran/pengelompokkan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan
mutunya:a) Mutu A: dalam 100 gram biji terdapat 90-100 butir
bijib) Mutu B: dalam 100 gram biji terdapat 100-110 butir
bijic) Mutu C: dalam 100 gram biji terdapat 110-120 butir
biji.
5.2.3 Penyimpanan
Biji kakao basah diperam (difermentasi)
selama 6 hari di dalam kotak kayu tebal yang dilapisi aluminium dan bagian
bawahnya diberi lubang-lubang kecil dengan cara sebagai berikut:a)
Tumpukkan biji di dalam kotak dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari
75.b) Tutup dengan karung goni atau daun pisang.c)
Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik sampai 50 derajat C.
5.2.4 Pengemasan dan Pengangkutan
Biji-biji cokelat yang sudah kering dapat dimasukan dalam karung goni.
Tiap goni diisi 60 kilogram biji cokelat kering. kemudian karung-karung yang
berisi biji cokelat kering tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering
dan berfentilasi yang baik. Sebaiknya biji cokelat tersebut sudah segera bisa
dijual dan diangkut dengan menggunakan truk dan sebagainya. Penyimpanan di
gudang, sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap tiga bulan harus
diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang biji
cokelat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1979 Pedoman Bercocok Tanam Coklat. Direktorat Jenderal Perkebunan
SSDeparteman Pertanian. Jakarta. 95 h.
Anonymous . 1984. Penanam Coklat. Balai Informasi Pertanian.
Ujung pandang. 41 h.
Darwis.V., Nur Khoiriyah. A. 2007. Perspektif Agribisnis Kakao di
SulawesiTenggara (Studi Kasus Kabupaten Kloaka).
Marni 1986. Bertanam Coklat. Majalah Trubus. 200 : 10 – 13.
Tino Mutiarawati. 2006. Kendala Peluang dalam Produksi Pertanian Organik di
Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2004
tentang Pemberdayaan
Usaha Perkebunan. Kementrian Perkebunan.
Wikipedia, 2010. Perkebunan. http://en.wikipedia.org. ( 28 Oktober 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar