Dosen Mata Kuliah : Nur Ilmi,
SP.,M.Si
LAPORAN PRAKTEK LAPANG TERPADU
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT)
Disusun oleh :
MUHAMMAD SYAFRIADI 213 170 001
PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PAREPARE
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala perkenan-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktek terpadu mata kuliah Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) ini. Kami menyadari
bahwa laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang telah memberikan
konstribusi pemikiran sehingga penyusunan laporan ini selesai. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Dosen praktikum
mata kuliah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ini.
Dengan dibuatnya laporan praktikum ini diharapkan kepada pembaca mampu menyerap
ilmu dan mengaplikasikannya dengan baik. Dalam hal ini, pembaca dapat memahami
materi yang ada dalam laporan ini. Dengan demikian diharapkan tujuan
intruksional yang ingin di capai dapat di peroleh secara maksimal mungkin.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari salah dan lupa,
sehingga laporan ini masih banyak kekurangan.
Dengan tersusunnya laporan praktek terpadu Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) ini, saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.
Parepare, 02 Januari 2014
Penyusun,
Muhammad Syafriadi
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan praktek lapang terpadu ini dilakukan untuk
menyeimbangkan pengetahuan antara teori dengan praktek secara langsung dan
memenuhi mata kuliah organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dilaksanakan pada
tanggal 26-28 Desember 2014, di Kelurahan Pattapang,
Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi selatan.
Pada umumnya
pengendalian hama yang dilakukan oleh petani sayur maupun buah kebanyakan
secara kimiawi dengan menggunakan pestisida. Cara pengendalian hama tersebut
seolah-olah sudah membudaya dikalangan masyarakat. Penggunaan insektisida
cenderung berlebihan, bersifat preventif, dan dilakukan secara terjadwal.
Berdasarkan hasil pengamatan, pemakaian pestisida terbesar dilakukan pada
tanaman holtikultura, khususnya tanaman sayuran (Wikipedia, 2007).
Setiap budidaya
tanaman, pasti selalu ada gangguan. Setiap gangguan tersebut selalu merugikan
seorang petani. Gangguan tersebut merupakan masalah yang harus dikendalikan
oleh petani. Selama kerugian yang ditimbulkan tinggi, maka gangguan tersebut
harus segera dikendalikan.
Semua gangguan tersebut
disebabkan oleh gulma, hama, penyakit, dan nematoda. Gangguan yang tidak
dikendalikan, akan merugikan petani. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya
tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai
oleh tanaman produksi. Hama adalah binatang yang selalu menyebabkan kerugian
bagi seorang petani. Penyakit tanaman adalah semua penyebab tanaman sakit dan
akan merugikan jika tudak dikendalikan. Sedangkan nematode adalah organism
kecil yang hidup di sekitar perakaran tanaman.
Semua gangguan ini harus selalu di
kendalikan secara tepat dan efektif. Cara pengendalian yang dilakukan yaitu
dengan cara memberantas secara biologis, kimia, dan manual. Pemberantasan ini
sangat perlu sekali karena gulma, hama, penyakit, dan nematoda akan menyebabkan
kerugian yang sangat besar.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kondisi umum lokasi praktek lapang ?
2.
Apa
itu Penyakit busuk umbi (Phytophthora
infestans) yang menyerang
tanaman utama khususnya kentang (Solanum
tuberosum L) ?
3.
Apa
itu hama Ulat Penggerek Daun/Umbi (Phthorimaea
operculella) yang menyerang
tanaman utama khususnya kentang (Solanum
tuberosum L) ?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Ingin mengetahui kondisi umum lokasi praktek lapang terpadu.
2. Ingin mengetahui Penyakit busuk umbi (Phytophthora infestans) yang menyerang tanaman utama khususnya kentang (Solanum tuberosum L)
3.
Ingin
mengetahui hama Ulat Penggerek Daun/Umbi (Phthorimaea
operculella) yang menyerang tanaman utama khususnya kentang (Solanum tuberosum L).
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
LAPANG
Kelurahan
Pattapang, kecamatan Tinggimoncong (Malino), berada pada wilayah administrasi
Pemerintahan Kabupaten Gowa dengan batas wilayah sebagai berikut :
·
Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Kanreapia
·
Sebelah
Barat berbatasan dengan Kelurahan Malino
·
Sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Tonasa
·
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Buluttana/Gunung Bawakaraeng
Kelurahan
Pattapang berada pada topografi berbukit dengan kemiringan
rata-rata 25-35˚, karakteristik tanahnya Lempung Berpasir (Sandy
Loam) serta terletak pada ketinggian ±1500 meter diatas permukaan laut.
Hampir
seluruh wilayah Kelurahan Pattapang merupakan lahan kering, yang digunakan
untuk kebun hortikultura. Adapun luas lahan yang digunakan untuk kebun
hortikultura dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Table
1: luas lahan Kelurahan Pattapang yang digunakan untuk kebun hortikultura
No.
|
Nama
Kelompok
Tani
|
Luas
Lahan
(Ha)
|
Komoditi
Unggulan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
Veteran
Tunas Muda
PIEN
Bola
Siri’napacce
Kampung
Baru
Kalibong
Alam
Segar
Buluballea
Ta’ca’la
Kayu
Putiah
Bina
Mandiri
Wanita
Tani Beringin
Wanita
Tani Strawberi
Wanita
Tani Kenanga
Wanita
Tani Mawar
Wanita
Tani Mwr Merah
Wanita
Tani Safana
Wanita
Tani Anugrah
Pattiro-tiroang
Turikale
Usagung
Bawakaraeng
Mutiara
Tani
Makmur
Tani
Wira
Jaya
Lembanna
Dale
Ta’bua
Maddakko
Pemuda
Veteran
Lemo-Lemo
Pattapang
|
30
13
25
30
53
31
26
60
31
26
30
20
15
10
12
6
16
20
23
43
23
25
25
30
30
20
30
15
34
32
|
Kentang,
wortel, tomat, strawberi, bwng daun
Kentang,
kubis, tomat
Tomat,
markisa
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat, tnm hias
Kentang,
kubis, tomat, tnm hias
Kentang,
kubis, tomat, tnm hias
Kentang,
kubis, tomat, tnm hias
Kentang,
kubis, tomat, tnm hias
Kentang,
kubis, tomat, tnm hias
Kentang,
kubis, tanaman hias
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
kubis, tomat
Kentang,
wortel. markisa
Tomat
Kentang,
wortel, tomat
Kentang,
tomat, markisa kopi
Kentang,
wortel, tomat
|
Jumlah
|
676
|
Sumber
: Gapoktan Gema Baru Kelurahan Pattapang 2009
Berdasarkan
klasifikasi iklim menurut koppen yang didasarkan atas suhu dan rata-rata curah
hujan bulanan dan tahunan, maka Kelurahan Pattapang termasuk dalam iklim tipe A
(iklim hujan tropis) yang ditandai dengan rata-rata suhu bulanan lebih dari
15ºC sampai dengan 20ºC, dengan rata-rata hujan sebesar 2.800 sampai
dengan 3.000 mml/tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah penduduk dan
sarana umum yang ada di Kelurahan Pattapang dapat dilihat pada table berikut
ini :
Table
2 : Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No.
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
(jiwa)
|
Keterangan
|
1
|
Laki-laki
|
1.306
|
880
KK
|
2
|
Perempuan
|
1.411
|
|
Jumlah
|
2.717
|
880
KK
|
Table
3 : Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No.
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
(jiwa)
|
Keterangan
|
1
|
SD
|
2.173
|
-
|
2
|
SLTP
|
272
|
-
|
3
|
SMU
|
136
|
-
|
4
|
S1
|
136
|
-
|
Jumlah
|
2.717
|
Table
4 : Jumlah sarana umum
No.
|
Sarana
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Kantor
Kelurahan
|
1
|
|
2
|
SD
|
5
|
|
3
|
SLTP
|
1
|
|
4
|
Puskesmas
Pembantu
|
1
|
|
5
|
Puskesmas
Kecamatan
|
1
|
|
Jumlah
|
9
|
BAB III
HASIL
Klasifikasi Penyakit Busuk Umbi :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Order : Burkholderiales
Family : Ralstoniaceae
Genus : Ralstonia
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Order : Burkholderiales
Family : Ralstoniaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Phytophthora infestans (Anonim, 2009).
Penyakit busuk umbi (lodoh)
tanaman kentang yang disebabkan oleh serangan jamur patogen ganas Phytophthora
infestans merupakan penyakit yang paling penting di antara penyakit dan
hama yang menyerang tanaman kentang di Indonesia. Penyakit ini dapat menurunkan
produksi kentang hingga 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang amat
singkat. Penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang merupakan penyakit
penting dan endemik di sentra-sentra pertanaman kentang di Provinsi Jawa Tengah
(Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Banjarnegara dan Magelang). Patogen dapat
tersebar sampai ke batang dengan sangat cepat dalam jaringan korteks yang
menyebabkan kerusakan sel didalamnya. Selanjutnya, miselium tumbuh diantara isi
sel batang, tetapi jarang terdapat dalam jaringan vaskuler.
Arti ekonomi
dari penyakit busuk umbi ini pun dapat menghasilkan uang karena ada sebahagian
petani yang memanfaatkan penyakit ini untuk membuat pembasmi/pengedalian berupa
pestisida yang siap dijual.
Berbagai teknik telah digunakan oleh para peneliti untuk
mengkaji keragaman ciri-ciri Phytophthora infestans, baik menggunakan
teknik yang konvensional maupun teknik molekuler. Beberapa teknik molekuler
yang telah digunakan di antaranya adalah analisis allozyme, uji kepekaan
terhadap metalaxyl, dan analisis genomik DNA dari isolate Phytophthora
infestans ( Purwanti, 2002).
Ciri yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes
ialah miselliumnya yang tidak bersekat-sekat. Warna misellium putih, jika tua
mungkin agak coklat kekuning-kuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam-hitaman
(Dwidjoseputro,2005). Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki
sporangium yang berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora
aseksual yang disebut sporangia. Ini adalah mmsporangia hyalin, berbentuk seperti jeruk nipis, panjang
20-40 (Anonim,2005).
Gambar 1. Morfologi Phytophthora infestans
Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual. Cara ini
dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi
dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang
mempunyai bulu – bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat
juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabugan dari gamet
betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif.
Gambar 2. Daur
Hidup Phytophthora
infestans
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada
setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora
kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan
infeksi (Rumahlewang, 2008). Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan
dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan
berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, Phytophthora infestans akan menginfeksi tanaman dengan
perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan
menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh
nutrient dari tubuh inangnya. Sampai sekarang belum diketahui dengan cara
bagaimana Phytophthora
infestans pada tomat
mempertahanakan diri dari musim ke musim. Jamur juga dapat bertahan pada
tanaman kentang dan terung yang biasanya terdapat di daerah penanam sayuran
pegunungan (Schumann dan D’arcy dalam Benrud, 2000).
Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan
(Rumahlewang, 2008), karena jamur ini bersifat heterotalik, artinya
perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila
terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat Phytophthora infestans yang mempunyai mating type (tipe
perkawinan) berbeda (Purwanti, 2002). Inti sel antheridium dan oogonium akan
saling melebur (karyogami) ketika antheridium memasuki oogonium. Mereka akan
membentuk oospore diploid, yang mana akan berkembang menjadi sporangium dan
daur hidup secara aseksual akan terulan (Benrud, 2007). Berbagai macam kondisi
untuk pembentukan oospora telah dianalisis. Di bawah suatu kontrol, oospora C
(Govers, - 25diproduksi pada daun kentang pada temperature antara 5 F.,dkk.,
2007).dekat dengan 100% kelembaban relatif, Phytophthora menghasilkan jumlah
berlimpah sporangia pada permukaan daun (Anonim1, 2005).
Tanaman
inang dari P. infestans adalah kentang dan tomat. Phytophthora infestans
berasal dari pegunungan Andes sebelah utara, kemudian menyebar ke seluruh
Amerika, Eropa, dan seluruh dunia (Pracaya, 2004). Akhir-akhir ini, sebaran
populasi Phytophthora infestans yang beragam telah dilaporkan dari
berbagai wilayah di Eropa, Amerika Serikat, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan, tetapi laporan dari Asia masing sangat terbatas. Di Indonesia, mating
type A2 juga telah ditemukan (Nishimura et al., dalam Purwanti, 1998).
Menurut
Nishimura et al. dalam Purwanti, 1998), hingga saat ini, di dunia hanya
dijumpai dua mating type Phytophthora infestans, yaitu Al dan A2. Mating
type Al merupakan mating type yang paling dominan dan tersebar luas di dunia,
sedangkan mating type A2 relatif terbatas, terutama dijumpai di Mexico
(Nishimura et al., dalam Purwanti, 1998). Keberadaan kedua mating type tersebut
telah memberi peluang terjadinya perkawinan silang, sehingga terbentuk oospora
yang berakibat munculnya berbagai strain atau ras baru Phytophthora
infestans yang sangat beragam ciri-cirinya, terutama virulensinya tanaman
inangnya (Romero dan Erwin dalam Purwanti, 1969). Pembentukan ras baru sering
terjadi dan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga mempersulit upaya
pengendalian menggunakan varietas tahan.
Pembentukan penyakit busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu, intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi gejala yang timbul (Anonim, 2005). Daun yang sakit terlihat berbecak – bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1 sampai 4 hari; hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah daun yang terserang terbatas, bercak – bercak tetap kecil dan jadi kering dan tidak menular ke daun lainnya (Pracaya, 2004).
Di lingkungan tropis, tanaman kentang akan terus berkembang, sehingga udara umumnya inokulum memulai awal terjadinya penyakit pada lahan baru. Di daerah dataran rendah, tanah atau sisa – sisa tanaman diperkirakan menjadi tempat yang sesuai bagi pathogen antara musim. Jamur juga akan bertahan hidup dalam umbi yang terinfeksi tetap di tanah dari musim sebelumnya. Benih juga bisa terinfeksi dan menjadi tempat hidup pathogen. Ketika tunas baru dihasilkan dari benih atau umbi tua yang terinfeksi, jamur tersebut akan menginfeksi tunas baru tersebut, kemudian sporulates dari pertumbuhan baru ini serta sporangia akan tersebar di udara atau air (Anonim1, 2005).
Pembentukan penyakit busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu, intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi gejala yang timbul (Anonim, 2005). Daun yang sakit terlihat berbecak – bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1 sampai 4 hari; hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah daun yang terserang terbatas, bercak – bercak tetap kecil dan jadi kering dan tidak menular ke daun lainnya (Pracaya, 2004).
Di lingkungan tropis, tanaman kentang akan terus berkembang, sehingga udara umumnya inokulum memulai awal terjadinya penyakit pada lahan baru. Di daerah dataran rendah, tanah atau sisa – sisa tanaman diperkirakan menjadi tempat yang sesuai bagi pathogen antara musim. Jamur juga akan bertahan hidup dalam umbi yang terinfeksi tetap di tanah dari musim sebelumnya. Benih juga bisa terinfeksi dan menjadi tempat hidup pathogen. Ketika tunas baru dihasilkan dari benih atau umbi tua yang terinfeksi, jamur tersebut akan menginfeksi tunas baru tersebut, kemudian sporulates dari pertumbuhan baru ini serta sporangia akan tersebar di udara atau air (Anonim1, 2005).
Phytophthora infestans dapat menyerang umbi, jika keadaan baik bagi pertumbuhannya
pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna coklat atau hitam ungu,
yang masuk sampai 3-6 mm ke dalam umbi. Bagian yang terserang ini tidak menjadi
lunak. Bagian yang busuk kering tadi dapat terbatas sebagai bercak-bercak
kecil, tetapi dapat juga meliputi suatu bagian yang luas pada satu umbi. Gejala
ini dapat tampak pada waktu umbi digali, tetapi sering tampak jelas setelah
umbi disimpan (Semangun.2000).
Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung kentang, bercak melebar dan
terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa
sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat
menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Cendawan ini berkembang baik pada musim
hujan dengan kelembaban sekitar 20o C.
Pengendalian dengan
cara resistensi adalah termasuk semua usaha yang tanaman menjadi imun, tahan
atau toleran terhadap serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi adalah
proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman, perbaikan
kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan. Penggunaan varietas
tahan bila varietas tersebut telah tersedia mempunyai beberapa kelebihan, yaitu
murah, mudah, aman, dan merupakan salah satu cara pengendalian yang efektif
untuk mengendaliakan penyakit tumbuhan. Penggunaan varietas tahan juga dapat
mengurangi penggunaan fungisida sehingga mengurangi pencemaran akibat bahan
racun tersebut (Latief, 2003).
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Gelechiidae
Genus : Phthorimaea
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Gelechiidae
Genus : Phthorimaea
Spesies : Phthorimaea operculella
Persebaran hama
ulat penggerek daun/umbi ini hampir diseluruh wilayah Indonesia baik didataran
rendah maupun dataran tinggi karena yang diserang adalah daun dan umbi-umbian. Di
dunia hama ini telah masuk di benua Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan,
Amerika Utara dan Oceania.
Petani memanfaatkan hama penggerek daun/umbi ini untuk menambah
penghasilannya (Uang) dengan cara membuat alat yang dapat menangkap dan
membunuh hama tersebut.
Gambar 3. Morfologi Phthorimaea operculella
Ngengat berwarna coklat kelabu, kecil dan aktif pada
malam hari. Pada siang hari ngengat bersembunyi di bawah helaian daun atau pada
rak-rak penyimpanan umbi di gudang. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7
- 16 hari, sedangkan lama hidup ngengat jantan berkisar antara 3 - 9 hari.
Telur berukuran kecil, agak lonjong atau berbentuk
bulat panjang, diletakkan pada permukaan bawah daun atau pada permukaan umbi
yang tersembul di permukaan tanah. Di gudang, telur hampir selalu diletakkan
pada permukaan atas umbi di sekitar mata tunas.
Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat
pula berwarna kehijau-hijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur
pada daun atau membuat lubang dan lorong pada umbi. Panjang larva yang sudah
berkembang sempurna sekitar 1 cm. Stadium larva berkisar antara 10 - 16
hari.Pupa terdapat dalam kokon yang tertutup oleh butiran tanah. Di dalam
gudang, pupa terdapat pada bagian luar umbi, biasanya pada mata tunas atau pada
rak-rak gudang penyimpanan kentang. Lama stadium pupa adalah 6 - 9 hari.
Hama ulat penggerek daun dan umbi kentang yang disebabkan oleh Phthorimaea
operculella merupakan salah satu hama penting pada tanaman kentang. Sebab, jika
komoditas sayuran ini sampai terserang, maka produksinya akan menurun dan
kualitas umbi yang diperolehnya berkurang, apalagi jika serangannya sudah
berat, maka umbi kentang yang dihasilkannya akan mengecewakan. Oleh karena itu,
hama penggerek daun dan umbi kentang membahayakan komdoitas hortikultura
penghasil umbi tersebut.
Hama merupakan
serangga berupa ngengat berwarna kelabu kecoklatan. Sayap depan berwarna coklat kelabu dengan sedikit bercak dan berumbai rambut halus,
sedangkan sayap belakang berwarna putih kusam. Ukuran serangga sekitar 1,0 –
1,5 mm.
Serangga meletakkan
telur pada daun atau di sekitar mata umbi kentang. Larva (ulat) ukurannya ± 10
mm, berwarna putih kekuningan, kepala berwarna coklat tua dan permukaan dorsal
berbayangan/nampak hijau terang atau merah muda. Ulat inilah yang akan mernyerang
tanaman kentang di lapangan maupun umbi yang sudah ada dalam
gudang/penyimpanan. Sedangkan pupa yang terbentuk dari larva itu berwarna
kecoklatan dengan ukuran panjang ± 65 mm dan tertutup oleh benang-benang halus
menyerupai kepompong.
Jika hama menyerang
daun, daun yang terserang nampak berwarna merah tua dan tampak adanya jalinan
seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang kala daun
kentang yang terserang itu menggulung karena larva merusak permukaan daun
sebelah atas , kemudian bersembunyi di dalam gulungan daun tersebut. Larva juga
membuat gerekan pada tulang dan tangkai daun yang mengakibatkan hilangnya
jaringan daun, matinya titik tumbuh serta lemah an rapuhnya batang. Populasi
hama/ulat akan meningkat pada musim kering.
Sedang apabila ulat
menyerang umbi, umbi yang ada dalam gudang atau dalam penyimpanan terlihat
adanya kotoran berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi dibelah, maka
akan terlihat lubang-lubang atau alur-alur yang dibuat ulat sewaktu ulat
tersebut memakan umbi. Umbi kentang seperti ini tentunya kualitasnya berkurang,
bahkan bisa tidak laku dijual, Jika pun laku, harganya tentu saja lebih rendah
dibanding umbi yang tidak diserang hama.
Hama penggerek daun/umbi tersebut menyebar di daerah sentra
produksi kentang, antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Sulawesi Utara. Phthorimaea operculella merupakan hama
sejenis serangga yang dapat beradaptasi di daerah panas seluruh dunia. Spesies
ini tidak berkembang di daerah beriklim dingin dengan suhu rata-rata dibawah 10oC
Secara umum, siklus hama Phthorimaea operculella terbagi menjadi empat
tahap yaitu : telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Setiap siklus atau
keturunan secara lengkap memakan waktu siklus selama 20 –30 hari (pada suhu 28oC).
Dalam setiap tahunnya hama ini bisa menghasilkan 2 hingga 12 generasi
Hubungan antara hama penggerek daun/umbi ini dengan lingkungannya khususnya
tanaman yang dibudidayakan adalah sebagai parasitisme. Parasitisme disini
adalah hanya ada 1 organisme yang diuntungkan dalam suatu tempat tertentu.
Daun yang terserang terlihat berwarna merah tua dan
nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna
kelabu. Kadang-kadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang
merusak permukaan daun sebelah atas, bersembunyi dalam gulungan daun tersebut.
Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan
adanya kotoran yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut
dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat oleh ulat sewaktu memakan umbi.
Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering
terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang penyimpanan, hama tersebut merusak
bibit kentang yang disimpan selama 3 -
5 bulan sebelum tanam.
Upaya pengendalian serangan hama penggerek daun dan
umbi dapat dilakukan dengan cara :
1.
Cara Kultur Teknis
Lakukan pengairan yang cukup untuk mencegah
keretakan tanah sehingga ulat tidak menyerang umbi melalui tanah yang retak
tersebut . Setelah itu dilakukan pembumbunan untuk menutup umbi sehingga tidak
tererang ulat tersebut. Dapat juga dengan mempertinggi guludan sehingga umbi
tidak muncul ke permukaan tanah. Sebab, umbi yang muncul ke permukaan tanah
akan mudah diserang hama tersebut.
Pengairan yang cukup harus diperhatikan. Dengan
pengairan yang cukup ini, selain untuk mencegah keretakan tanah, juga karena
tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air, terutama selama periode
pembentukan umbi. Oleh karena itu, pengairan harus dilakukan secara rutin dalam
jumlah yang cukup (tanah menjadi lembab) dengan selang waktu 7 hari sekali.
Pada saat tanaman berumur 25 – 30 hari setelah tanam
dilakukan pembumbunan I, sedang pembumbunan II pada saat tanaman berumur 35 –
40 hari setelah tanam
Sebaiknya penanaman kentang dilakukan pada musim
hujan. Hal ini untuk mencegah retaknya tanah dimana tanah yang retak itu
merupakan jalan masuknya ulat ke dalam umbi kentang.
2.
Cara Mekanis
Daun-daun yang terserang hama dipotong, dikumpulkan
kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar sehingga daun yang sudah terserang
hama tersebut tidak menjadi sumber penyebaran hama. Usahakan pertanaman kentang
selalu dalam keadaan bersih sehingga hama tidak mudah berkembangbiak. Untuk
itu, segala gulma dan kotoran yang ada di pertanaman kentang dibuang atau
dibersihkan.
3.
Cara Alami atau Biologi
Cara ini dilakukan untuk mengendalikan umbi kentang
yang sudah ada dalam gudang penyimpanan. Caranya, Rak-rak penyimpanan umbi,
baik pada umbi yang digunakan untuk benih maupun untuk konsumsi.
Olah tanah yang bagus dengan memakai Pupuk Organik
NASA yang berupa super nasa di campurkan pupuk kimia yang biasa di pakai. pupuk
kimia bisa di kurangi 30 % dari anjuran dinas pertanian setempat.
Pemakaian Agensi hayati nasa yang berupa pestisida
alami yaitu Natural GLIO yang sudah di fermentasikan dengan pupuk kandang
selama 2 minggu,cara fermentasinya 1 kotak Natural Glio di campurkan dengan 50
Kg pupuk kandang. Lalu masukkan ke lubang tanam sebelum bibit kentang di
tanamkan.
4.
Cara Kimiawi
Apabila serangan hama sudah mencapai ambang batas
pengendalian dan dengan metode di atas sudah tidak mampu boleh dikendalikan dengan menggunakan insektisida
yang sudah diizinkan oleh pemerintah yang khusus untuk mengendalikan penggerek
daun dan umbi kentang tersebut. Jika belum paham mengenai jenis dan cara
penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama ini bisa ditanyakan kepada
Penyuluh Pertanian atau petugas pertanian setempat. Sebab, jika salah
penggunaannya akan membayakan lingkungan, bahkan membahayakan bagi orang yang
melakukan pengendalian dengan insektisida tersebut.
BAB IV
PENUTUP
1.
Praktek lapang terpadu ini adalah
syarat untuk memenuhi mata kuliah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 Desember
2014, di Kelurahan Pattapang, Kecamatan
Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi selatan
2.
Berbicara masalah budidaya tanaman
tidak terlepas dari OPT seperti hama, penyakit, gulma dan nematoda.
3.
Sebaiknya OPT perlu
dibasmi/dikendalikan dengan cara penggunaan bahan-bahan yang rama lingkungan
yaitu penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati karena banyak dampak
negatif yang ditimbulkan dari penggunaan
pupuk dan pestisida kimia
4.
Dengan adanya praktek lapang terpadu
ini kiranya dapat menjalin hubungan timbal balik atau kerja sama antara
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Parepare dengan petani setempat.
1.
Sebelum melakukan praktek dihimbau agar
mahasiswa mempersiapakan diri dan mental.
2.
Alat tulis menulis jangan lupa disiapkan
pada saat praktek.
3.
Jangan membawa barang atau peralatan
yang tidak ada sangku pautnya dengan praktek misalnya pacar, anak dll.
4.
Usahakan jangan berbicara yang tidak
pelu karena dapat membuat orang atau petani setempat tersinggung.
5. Kritik dan
saran dari pembaca tetap kami terima untuk masukan yang membangun laporan dan
diri pribadi saya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2008. Hama dan Penyakit Tumbuhan. http://en.fokus.com/d/hama-dan-penyakit-pada-tanaman.htm.
diaskes pada tanggal 04 Mei 2011.
Agrios, G.N.
1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University
Press.
Chee SS, Zawiah H, Ismail MN, Ng KK. Antropometry,
dietary patterns and nutrient intakes of Malaysian estate workers. Mal J Nutr
1996
Cook, R. J. and K. F. baker. 1983. The Nature and
Practice of Biological Control of plant pathogens. The American
Phytopathological society. St. paul, Minnesota. 539 hal.
Evan, H.C. & C. Priori (1987). Cocoa Pod Diseases.
Causal Agents and Control. Outlock on Agricul., 16,35-41.
Semangun, H. 1996. Ilmu Penykit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan
Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 529 – 535.
Susniahti, N., Sumeno, H., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar
Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad: Bandung
Wardojo, S. 1992. Major pest and diseases managemen in
southeast Asia and Australia.FAO of the United Natios. Roma. (112) 63-67
http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/hawar-umbi-phytophthora-infestans.html
LAMPIRAN
Gambar 2. Tanaman kubis
Gambar 3. Tumpangsari tanaman bawang perai dan kubis
Gambar 4.Mewawancarai peteni setempat di lahan wortel
Gambar 5. Tanaman Wortel
Gambar 6. Kentang
Gambar 7.Hama
ulat penggerek daun/umbi (Phthorimaea
operculella) pada tanaman
kentang.
Gambar 8. Penyakit
busuk umbi (Phytophthora
infestans) pada tanaman
kentang (Solanum tuberosum L).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar