Makalah
Ekologi Pertanian
TANAMAN EVERGREN
“POHON PINUS”
Disusun Oleh :
MUHAMMAD SYAFRIADI 213 170 001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang Tanaman Evergen (Pohon Pinus), yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Parepare, 06 Januari 2015
Penyusun,
Muhammad syafriadi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500
buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa yang mempunyai berbagai macam
adat-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama, kepercayaan dan sebagainya. Berbagai
kekayaan alam baik yang terdapat didarat, laut, flora fauna dan berbagai hasil
tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam. Kebudayaan nasional yang
didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan beradab yang
merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam
segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri
rumah tangga, jasa pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan,
perikanan perternakan, pertanian holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan
lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan yang
dinamis. Kec Tinggimoncong merupakan salah satu Kecamatan yang tergabung dalam
wilayah admiministrasi Kabupaten Gowa,yang juga merupakan penyangga utama kota
Makassar.Malino merupakan salah satu daerah yang istimewa di bandingkan dengan
daerah lainya.Industri hortikultura,industry perkebunan dan industry agriwisata
sudah merambah di daerah ini,khusus di Malino ibukota Tinggimoncong adalah
primadona perpariwisataan di Sulsel. Daerah yang berada di daerah diatas
ketinggian I500 m ini juga pemasok utama tanaman holtikultura ke kota Makassar
dan sekitarny ,bahkan beberapa hasil perkebunanya sudah di ekspor kebeberapa Negara Asia dan Eropa. Kesemuanya
ini baik langsung maupun tidak langsung menambah pendapatan penduduk,sehingga
kami berinisiatif untuk malakukan penelitian tentang potensi
perkebunan,huta,dan agriwisata di daerah Malino.
Pohon pinus telah ditemukan menunjukkan
perilaku konstruksi niche dalam respon terhadap efek dari kebakaran hutan.
Pohon pohon pinus tersebut dan semak belukar meningkatkan frekuensi api dengan
mempengaruhi posisi dari daratan hutan.
tusam atau pinus adalah sebutan bagi
sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung dalam marga pinus.
Di indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan pada tusam Sumatera (Pinus merkusii Jungh. et deVries).
Tusam kebanyakan bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu
tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa
spesies bersifat setengah berumah dua
(sub-dioecious).
Hutan pinus dibangun untuk
merehabilitasi hutan-hutan yang gundul, hutan lindung dan hutan produksi. Pengaruh hutan tanaman pinus secara umum dapat dibagi
berdasarkan parameter hidrologi, antara lain :
1.
Penyerapan oleh tajuk pohon, air ditembus dari tajuk
dan aliran air lewat batang tanaman.
2.
Perubahan lengas tanah dan penambahan air tanah.
3.
Perubahan sifat fisik tanah
4.
Perubahan watak aliran sungai
5. Serasah
pada hutan pinus dapat menambah bahan organic tanah sehingga menurunkan bulk
density tanah dan meningkatkan porositasnya.
6. Hutan
tanaman pinus sangat berperan sekali sebagai regulator air.
7. memperkuat tenaga,menghilangkan keletihan
8. melindungi jantung, mencegah penyakit pembuluh darah jantung
9. meningkatkan imunitas tubuh,mencegah berbagai penyakit menular dan tumor
1.
Peran Hutan Dalam
Pengendalian Daur Air
Hutan dengan
penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisinya yang beragam
diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan
manusia antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi dan sedimentasi serta
jasa pengendalian daur air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi
melalui proses :
§ Evapotranspirasi
§ Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan
tubuh vegetasi.
b. Menambah titik-titik air di atmosfer.
c. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui
proses intersepsi.
d. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran
air lewat :
§ Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan
§ Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di
permukaan.
e. Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak
fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan bahan
organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.
Semua peran vegetasi
tersebut bersifat dinamik yang akan berubah dari musim ke musim maupun dari
tahun ke tahun. Dalam keadaan hutan yang telah mantap, perubahan peran hutan
mungkin hanya nampak secara musiman, sesuai dengan pola sebaran hujannya.
Pada kawasan hutan
Pinus di Daerah Tangkapan Air Gunung Rahtawu, Kabupaten Wonogiri dengan luasan
catchment area dengan luas 101,79 ha dengan curah hujan rata-rata berkisar
antara 2900 – 3500 mm/tahun mampu menghasilkan potensi sumberdaya air permukaan
sebesar 2..232.000 m3/tahun. Kawasan ini juga mampu menghasilkan debit yang
selalu tersedia untuk dimanfaatkan (debit andalan) sebesar 2 – 67 liter/detik.
Dari potensi ini saja sebenarnya sudah dapat diprediksi bahwa kawasan hutan
Pinus ini mampu mendukung 900 – 2.000 jiwa masyarakat disekitar hutan Pinus
yang rata-rata membutuhkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebesar
122 liter/orang/hari (Suryatmojo, H., 2004).
Dari gambaran diatas,
nampak jelas bahwa peran hutan sebagai penyedia jasa lingkungan melalui
kemampuannya sebagai regulator air memiliki nilai arti yang sangat penting
dalam mendukung hajat hidup masyarakat disekitar hutan.
2.
Peran Hutan Sebagai
Penyerap Karbon
Siklus karbon di
dalam biosfer meliputi dua bagian siklus penting, di darat dan di laut.
Keduanya dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase antara. Siklus
karbon global melibatkan transfer karbon dari berbagai reservoir (Tabel 1).
Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak reaktif, biosfer mengandung
karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi sangat dinamik di
alam (Vlek, 1997).
Sejumlah besar
kalsium karbonat dalam lebih dari 10 juta tahun yang lalu telah terlarut dan
tercuci dari permukaan daratan. Sebaliknya, dalam jumlah yang sama telah
terpresipitasi dari air laut ke dalam lantai dasar laut. Waktu tinggal
(residence time) karbon di dalam atmosfer dalam pertukarannya dengan hidrosfer
berkisar antara 5 – 10 tahun, sedangkan dalam pertukarannya dengan sel tanaman
dan binatang sekitar 300 tahun. Hal ini berbeda dalam skala waktu dibandingkan
dengan residence time untuk karbon terlarut (ribuan tahun) dan karbon dalam
sedimen dan bahan bakar fosil (jutaan tahun) (Vlek, 1997 dalam Herman Widjaja,
2002).
Dari hasil
inventarisasi gas-gas rumah kaca di Indonesia dengan menggunakan metoda IPCC 1996,
diketahui bahwa pada tahun 1994 emisi total CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram),
CH4 sebanyak 6,409 Gg, N2O sekitar 61 Gg, NOX sebanyak 928 Gg dan CO sebanyak
11,966 Gg. Adapun penyerapan CO2 oleh hutan kurang lebih sebanyak 364,726 Gg,
dengan demikian untuk tahun 1994 tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih
tinggi dari tingkat penyerapannya. Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar
383,881 Gg pada tahun 1994. Hasil perhitungan sebelumnya, pada tahun 1990,
Indonesia masih sebagai net sink atau tingkat penyerapan lebih tinggi dari
tingkat emisi. Berapapun kecilnya Indonesia sudah memberikan kontribusi bagi
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca secara global di atmosfer (Widjaja,
2002).
Banyak pihak yang
beranggapan bahwa melakukan mitigasi secara permanen melalui penghematan
pemanfaatan bahan bakar fosil, teknologi bersih, dan penggunaan energi
terbarukan, lebih penting daripada melalui carbon sink. Hal ini dikarenakan
hutan hanya menyimpan karbon untuk waktu yang terbatas (stock). Ketika terjadi
penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna lahan, karbon tersebut
akan dilepaskan kembali ke atmosfer (Rusmantoro, 2003).
Carbon sink adalah
istilah yang kerap digunakan di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan
dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon.
Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada
sektor industri, transportasi dan rumah tangga.
Pada kawasan hutan
Pinus di DTA Rahtawu dengan umur tegakan 30 tahun mempunyai potensi penyimpanan
karbon sebesar 147,84 ton/ha dengan prosentase penyimpanan terbesar pada bagian
batang (73,46%), kemudian cabang (16,14%), kulit (6,99%), daun (3,17%) dan
bunga-buah (0,24%). Dari data diatas dapat diprediksi kemampuan hutan pinus
dalam menyimpan karbon melalui pendekatan kandungan C-organik dalam biomas
memiliki potensi penyimpanan mencapai 44% dari total biomasnya. Sehingga DTA
Rahtawu dengan luasan 101,79 ha memiliki potensi penyimpanan karbon dalam
tegakan sebesar 15.048,5 ton, penyimpanan karbon dalam seresah sebesar 510 ton
dan dalam tumbuhan bawah sebesar 91 ton karbon. (Suryatmojo, H., 2004)
3.
Peran Hutan Sebagai
Penyedia Sumberdaya Air
Ketergantungan
masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan terhadap keberadaan hutan
sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai regulator air mampu memberikan
kontribusi dalam penyediaan air bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di
DTA Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar dalam penyediaan sumberdaya air.
Potensi sumberdaya air di DTA Rahtawu dapat didekati dengan mengetahui debit
bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit andalan
yang selalu tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan masyarakat sekitar didekati dengan pengolahan data sekunder
dari hidrograf aliran untuk memperoleh debit minimumnya (debit andalan).
POHON PINUS UMUMNYA TUMBUH di daerah
sumatera utara yang hidup pada ketinggia 2000m diatas permukaan laut
Klasifikasi Tanaman Pinus Tusam atau pinus adalah sebutan
bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung dalam marga pinus. Di
Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan pada tusam Sumatera
(Pinus merkusii Jungh. et deVries). Tusam kebanyakan bersifat berumah satu (monoecious),
yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun terpisah,
meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-dioecious).
Klasifikasi
Pinus
- Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
- Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
- Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
- Divisi: Coniferophyta
- Kelas: Pinopsida
- Ordo: Pinales
- Famili: Pinaceae
- Genus: Pinus
- Spesies: Pinus merkusii Jungh.& De Vr
Getah pinus berada pada batang dimana didalam saluran getah
yang arahnya vertical ( longitudinal ) maupun horizontal ( radial ). Saluran
getah ini terbentuk secara lisigen, sizogen, maupun sizoligen. Beberapa
ketentuan pohon pinus yang akan disadap : Diameter limit cupping, diameter
pohon pinus yang akan dsadap adalah diatas 15cm; Selective cupping, pohon-pohon
yang akan disadap adalah pohon yang waktu mendatang dijarangi atau ditebang
yaitu sejak umur 10 tahun samapai pada daur tebangan atau umur penjarangan.
Biasanya dilakukan pada perusahan pengelolaan pinus yang menggunakan pinus untuk
berbagai kegunaan.
Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem
& Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah
Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :
- Penerimaan & Pengujian Bahan Baku
- Pengenceran
- Pencucian & Penyaringan
- Pemanasan/pemasakan
- Pengujian & Pengemasan
Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil
distilasi/penyulingan dari getah Pinus. Gondorukem berupa padatan berwarna
kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih
serta merupakan pelarut yang kuat. Proses pengolahan getah menjadi gondorukem
pada umumnya meliputi 2 tahapan :
- Pemurnian getah dari kotoran-kotoran.
- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.
Proses pemurnian getah terbagi atas :
- pengenceran getah dengan terpentin
- pengambilan/penyaringan kotoran kasar
- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.
Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya bias melewati
dua tahap, yaitu:
- Dengan pemanasan langsung
- Dengan pemanasan tidak langsung (menggunakan uap).[kt]
Pinus memiliki
ciri khas yaitu memiliki batang utama silindris, lurus dalam tegakan rapat
serta memiliki alur yang dalam, cabang-cabang membentuk putaran yang teratur,
tinggi bebas bebas cabang bisa mencapai 10-25 meter, memiliki bentuk daun jarum
dengan jumlah dua helai yang dapat bertahan lebih dari 2 tahun dengan tepi daun
bergerigi halus, bunga berbentuk stobili jantan dan betina.
Daun
merupakan bagian dari tajuk pohon yang mungkin terjadinya proses fotosintesis,
respirasi dan transpirasi. Daun pinus berbentuk seperti jarum tersusun dalam
berkas-berkas yang masing-masing terdiri atas dua helai.
Tajuk
pinus berwarna hijau muda dengan berbentuk limas pada waktu muda dan kemudian
melebar setelah dewasa. Tajuk yang besar dan baik memunginkan produksi getah
yang tinggi. Untuk memberikan kebebasan bagi perkembangan tajuk, dapat
diusahakan dengan jarak tanam yang lebar dengan cara melakukan penjarangan
untuk memberikan ruang yang cukup bagi pertumbuhan.
Pinus
merkusii dapat tumbuh pada ketinggian antara 200 – 2000 meter di atas
permukaan laut dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Tetapi untuk
memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan ketinggian di atas 400 – 1.500
meter diatas permukaan laut.
Untuk menghasilkan
pertumbuhan yang baik, pinus membutuhkan antara lain:
1.
Tanah yang cukup kesuburannya, walaupun unsur hara
yang dipergunakan pinus relatif rendah dibandingkan jenis pohon dalam lebar.
2.
Tanah yang tidak terlalu asam (pt 4,5 – 5,5 ).
3.
Temperatur udara berkisar antara 180 –
300 C
4.
Bulan basah yang panjang ( 5-6 bulan ) dan diselingi
dengan bulan kering yang pendek (3-4 bulan).
Pohon
pinus kegunaanya bermacam-macam, baik untuk kebutuhan perumahan maupun sebagai
bahan baku industri. Dipandang dari segi hasil kita dapat melihat bahwa
kayujenis ini menghasilkan manfaat ganda, selain perbaikan lingkungan, yang
pertama kayunya dan kedua getahnya.
a. Kayu Pinus
Samingan
(1980) dalam Yana Rahyana (1996) menerangkan bahwa sifat-sifat kayu pinus
adalah kayunya termasuk kayu ringan sedang berat jenis antara 0,46 – 0,70,
bagian yang mendukung resin 0,95, kelas kuat II-III dan kelas awet kayu gubal
6-8 cm berwarna putih kekuning – kuningan, kayu ters berwarna lebih tua, coklat
atau kemerahan, kekerasan daya kembang susut dan retak sedang, sifat pengerjaan
lebih mudah patah tapi agak sulit digergaji. Batang umumnya berbentuk bulat dan
lurus kulit berwarna coklat tua, kasar, berakar dalam dan menyerpih dalam
kepingan panjang.
b. Getah Pinus
Pohon
pinus memiliki kayu gubal yang didalamnya terdapat sel-sel yang merupakan
gudang pati dan persediaan bahan lainnya untuk diubah menjadi persenyawaan baru
dalam pembentukan sel-sel kayu dan getah. Kayu gubal merupakan pabrik getah,
makin tipis kayu gubal bearti makin kecil hasil getahnya, sehingga getah yang
dihasilkan berkurang. Secara garis besar, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi getah pinus antara lain:
4. Faktor
dalam (internal) antara lain jenis pohon, diameter dan kesehatan pohon.
5. Faktor
luar (lingkungan) antara lain jarak tanam, cuaca dan kesuburan tanah.
6.
Faktor perlakuan (manusia ) antara lain, bentuk luka
sadapan, arah (letak) luka sadapan dan upaya stimulasi.
Aliran
getah pinus dipengaruhi oleh tiga kondisi penting yaitu :
1. Mekanisme
pertahan fisiololigis yaitu terjadi peningkatan tekanan turgor yang sangat
cepat sehingga jaringan epitel mengembang dan akan menyumbat saluran. Ini
terjadi pada bagian yang jauh dari luka, dimana jaringan masih hidup dan
diikuti oleh pengeluaran getah yang sangat aktif.
2.
Pengemulsiaan getah didalam ari yang terdapat pada
cytoplasma sel, pergerakan serta pengelurannya melalui membran sel epitel ke
dalam saluran damar
BAB II
CARA BUDIDAYA POHON PINUS
Hutan
pinus merupakan contoh ekosistem taiga, yang memiliki daun jarum
Hutan Pinus
merupakan jenis hutan dengan tanaman yang homogen. Hutan pinus yang
ada di indonesia tepatnya di bawah kaki gunung Burangrang, yang ada di
kabupaten Bandung Barat merupakan peninggalan zaman Belanda, dimana para
penjajah menanam pohon tersebut agar kondisi di kaki gunung Burangrang mirip
dengan tempat asalnya. Mengingat di Belanda merupakan negara beriklim sedang,
dimana di daerah iklim sedang kita akan banyak menemui hutan pinus, karena
merupakan tempat asli banyaknya ditemui ekosistem taiga. Daerah tersebut
merupakan daerah resapan air. Secara geografis pohon pinus sebetulnya tidak
cocok di tanam di daerah resapan air, hal tersebut dikarenakan hutan pinus
memiliki daun jarum yang banyak memiliki stomata, sehingga akan banyak menyerap
dan menguapkan air.
Hawa
di hutan pinus ini sangat sejuk, bahkan cenderung lembab. Hal ini disebabkan
oleh rindangnya dedaunan dari pohon pinus yang menutupi area hutan, sehingga
tak heran jika tanah di bawah menjadi cukup basah.
Pinus merkusii dengan nama daerah
tusam banyak dijumpai tumbuh di belahan bumi bagian selatan. Pohon bertajuk lebat, berbentuk kerucut mempunyai
perakaran cukup dalam dan kuat. Walaupun jenis ini dapat tumbuh pada berbagai
ketinggian tempat, bahkan mendekati 0 meter di atas permukaan air laut, dengan
tempat tumbuh yang terbaik pada ketinggian tempat antara 400 – 1500 m dpl, pada
tipe iklim A dan B menurut Schmidt – Ferguson, pada curah hujan
sekurang-kurangnya 2000 mm/tahun tanpa dengan jumlah bulan kering 0 – 3 bulan.
Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai
tipe jenis tanah dengan lapisan tanah yang tebal/dalam, pH tanah asam dan
mengendaki tekstur tanah ringan sampai sedang. Manfaat jenis pohon ini cukup banyak. Kayunya dapat digunakan
sebagai bahan bangunan ringan, peti, korek api, bahan baku kertas dan
vinir/kayu lapis. Pada umur 10 tahun, pohon sudah dapat disadap getahnya. Dari
getah Pinus dapat dibuat gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan dalam
industri batik sedang terpentin digunakan sebagai pelarut minyak cat dan lak.
1.
Pengadaan biji
Biji Pinus merkusii akan mempunyai
viabilitas dan daya kecambah tinggi, apabila diambil dari kerucut yang sudah
masak dengan ciri-ciri berwarna hijau kecoklatan dan sisik kerucut yang telah
mulai melebar kebiruan sedikit. Pengumpulan buah dapat dilakukan setiap tahun,
karena berbuahnya setiap tahun. Biji kering berisi antara 45.000 – 60.000 butir
setiap kilogramnya.
Sebellum ditabur sebaiknya dilakukan seleksi biji. Biji yang
baik mempunyai ciri-ciri warna kulit bij kuning kecoklatan dengan bintik-bintik
hitam, agar bentuk biji bulat, padat dan tidak mengkerut. Untuk menyeleksi biji
yang biasa juga digunakan cara perendaman. Biji yang akan digunakan sebagi
bibit direndam dalam air dan benih yang tenggelam saja menandakan biji baik.
Lama biji direndam air dingin 3 – 4 jam sebelumditabur.
2.
Penaburan biji
Pada
kegiatan ini yang perlu diperhatikan adalah bahan media tabur yang akan
digunakan hendaknya mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Bebas dari hama-penyakit (steril)
b. Cukup sarang
c. Dapat merangsang proses
perkecambahan
Sesuai
persyaratan di atas, maka bahan campuran berupa pasir yang berukuran ± 2 mm dan
tanah (humus) halus dapat digunakan sebagai media tabur. Tanah dan pasir
perbandingan 1 : 2. Selanjutnya campuran ini disterilkan dengan cara digoreng 4
– 6 jam dan dijemur diterik matahari.
Media yang
sudah siap digunakan dimasukkan ke dalam bak plastik setinggi ± 5 cm. Bak
diletakkan di atas rak-rak di dalam bedeng penaburan atau ruang kaca.
Benih-benih yang terpilih, kemudian dihamburkan di bak tabur, selanjutnya
ditutup dengan bahan media tabur kira-kira sama dengan tebal benih yang
ditabur.
Setelah 10
– 15 hari dari saat penaburan, benih akan berkecambah. Proses perkecambahan
berlangsung sampai satu bulan.
3.
Penyapihan
Sebelum
dilakukan penyapihan terlebih dahulu disiapkan kantong plastik yang berisi
media tumbuh. Pinus merkusii adalah jenis tanaman yang melakukan simbiose
dengan jamur/mikorhiza. Penularan mikorihiza yang paling baik ialah pada waktu
pencampuran media tumbuh. Untuk itu, dalam setiap kantong plastik media tumbuh
harus dicampur dengan tanah humus yang berasal dari bawah tegakan tua Pinus
merkusii.
Media
tumbuh untuk jenis tanaman ini yang paling baik adalah campuran dari tanah,
pasir dan kompos dengan perbandingan 7 : 2 : 1 dengan penambahan pupuk NPK
sebanyak 0,25 gram setiap kantong yang berisi 300 gram media.
Setelah
bibit berumur 5 – 8 minggu di bak tabur kemudian dilakukan penyapihan. Pada
saat ini kulit biji sudah terlepas dari kecambah dan bibit telah memiliki daun
jarum pertama.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain :
a. Semai ditanam berdiri tegak lurus
b. Akar tidak boleh terlipat
c. Hindarkan semai dari kerusakan
d. Lakukan penyapihan pada tempat yang
teduh
4.
Pemeliharaan
Dalam
kegiatan ini perlu dilakukan penyiraman semai secara hati-hati, dan untuk
menghindarkan damping off perlu dilakukan penyemprotan dengan fungisida.
Upayakan agar bibit selama dipersemaian bebas dari gangguan rumput-rumput liar,
Serangga maupun penyakit. Untuk itu kebersihan persemaian sangat menunjang
keberhasilan bibit yang disapih.
Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatia n dalam kegiatan ini antara lain :
§ Naungan untuk menjaga kelembaban,
menahan percikan air hujan dan mengurangi penguapan.
§ Penyiraman secara teratur, setiap
hari satu kali pagi hari dan sore hari.
§ Pemupukan dengan NPK dengan interval
2 minggu sekali.
§ Penyulaman pada kantong plastik yang
mati bibitnya atau pertumbuhannya jelek segera dilakukan.
§ Perumputan apabila rumput atau
tumbuhan liar lainnya mengganggu pertumbuhan tanaman muda.
§ Akar-akar yang keluar dari lubang
kantong agar dipotong.
1.
Persiapan lapangan
Sebelum
melaksanakan penanaman, perlu dilakukan pekerjaan persiapan, antara lain :
a) Pembersihan lapangan dari tumbuhan
pengganggu, seperti alang-alang, semak belukar, dan lain-lain.
b) Pengolahan tanah (manual/mekanik).
Dalam pengolahan tanah pada lahan miring hendaknya memperhatikan kaidah
pengawetan tanah agar dihindarkan erosi yang berlebihan.
c) Pemasangan acir tanaman pada lahan
miring sejajar garis kontour.
d) Pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan
bibit agar diusahakan seaman mungkin dan semurah mungkin. Apabila pengangkutan
tidak hati-hati maka kerusakan bibit membawa kerugian yang cukup besar. Oleh
karena itu jumlah bibit yang diangkut disesuaikan dengan kemampuan menanam regu
tanam. Hal ini untuk menghindarkan penumpukan bibit di lapangan.
2.
Penanaman
Pada saat
bibit akan ditanam, kantong plastik dilepas secara hati-hati supaya media
tumbuh tetap utuh. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang yang telah
disiapkan. Lubang yang telah berisi bibit ditutup kembali dengan tanah galian
dan dipadatkan di sekitar leher akar. Harus diupayakan agar bibit tetap tegak. Penanaman
bibit dilakukan pada permulaan musim penghujan, setelah curah hujan cukup
merata. Sistem penanaman dapat dilakukan dengan tumpangsari atau tanpa tumpang
sari. Tanaman sela yang digunakan disesuaikan dengan tempat tumbuhnya.
3.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman dilakukan dengan maksud agar tanaman muda mampu tumbuh menjadi tegakan
akhir dengan kerapatan dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan.
Kegiatan pemeliharaan meliputi :
a) Penyulaman dilakukan apabila
dijumpai adanya kematian bibit setelah satu bulan setelah satu bulan selesai
penanaman, segera dilakukan penyulaman. Penyulaman ini terus dilakukan sampai
jumlah tanaman muda cukup sesuai dengan kerapatan tegakan yang dipersyaratkan.
Penyulaman ini sebaiknya dilaksanakan pada pertengahan musim penghujan.
b) Penyiangan gulma dan tumbuhan lain
yang mengganggu tanaman muda segera dilakukan, agar bebas dari persaingan untuk
mendapatkan cahaya dan unsur hara dari dalam tanah.
c) Pendangiran hanya dilakukan bilamana
kondisi tanah yang padat atau berdrainase jelek. Dengan catat mendangir di
sekitar piringan dengan berjari-jari 0,5 meter. Dan dilaksanakan bersamaan
waktunya dengan penyiangan.
d) Pemberantasan hama dan
penyakit.Tindakan yang paling menguntungkan dari kegiatan ini adalah mencegah
penularan hama dan penyakit yang menyerang tanaman muda. Cara pencegahannya
antara lain dengan cara fisik atau cara kimiawi. Namun demikian harus selalu
diupayakan agar nilai ambang ekonominya tidak terlalu membahayakan tanaman.
e) Penjarangan. Dimaksudkan untuk
memberi ruang tumbuh yang lebih baik bagi tegakan selanjutnya, sehingga mutu
tegakan dan volume tegakan menjadi meningkat. Pohon yang tertekan terserang
hama dan penyakit, batang pokok bengkok, menggarpu, dibuang dalam penjarangan.
Saat penjarangan tegakan tergantung pada kerapatan tegakan, kesuburan tanah dan
sifat pertumbuhan dari pohon. Tepatnya beberapa saat setelah tajuk saling
bersinggungan.
f) Pengendalian api dan kebakaran.
Pinus merkusii sangat peka terhadap api. Sekali terjadi kebakaran, tanaman muda
akan musnah. Hal ini disebabkan pada batang jenis tanaman ini banyak mengandung
getah (damar). Tindakan pencegahan secara dini dapat dilakukan antara lain : 1)
Membuat jalur sekat, jalur hijau secara jelas dan tegas, 2) Pembentukan satuan
tugas pengendali kebakaran dan mengaktifkan ronda api, 3) Pembuatan sistem
komunikasi yang menjangkau seluruh areal dan sekitarnya.
Pada umur 10 tahun, Pinus merkusii mulai dapat dipungut
getahnya. Penebangan untuk tujuan kayu pertukangan sebaiknya dilakukan apabila
tegakan telah mencapai umur 30 tahun dengan taksiran produksi kayu tebal sebanyak
238 – 322 m3/ha. Sedangkan untuk tujuan kayu pulp dipergunakan daur 10 – 15
tahun.
Sistem pemungutan hasil yang digunakan dalam pengelolaan HTI
Pinus merkusii adalah Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan.
Terdapat lebih dari 20 jenis kayu pinus dengan nama species
yang berbeda. Jenis kayu pinus yang sering digunakan dan secara umum dikenal
memiliki kualitas yang baik ada 2 jenis kayu pinus yaitu Pinus Radiata dan
Pinus Merkusii.
a. PINUS RADIATA (Radiata Pine)
·
Area
Tumbuh:
Australia (740 ribu hektar), Chili (sekitar 1,3 juta hektar), Selandia Baru
(1,2 juta hektar), Afrika Selatan dan Amerika. Hutan paling besar untuk kayu
ini diketahui adalah dari Chili. Beberapa eksporter juga berasal dari Selandia
Baru namun tidak murni plantation. Biasanya Selandia Baru mengekspor kayu ini
sudah dalam bentuk S2S atau S4S.
·
Pohon: Antara 15 - 25 tahun kayu Pinus
Radiata bisa memiliki diameter batang 30 - 80 cm dan tinggi antara 15 - 30
meter. Pinus Radiata termasuk jenis pohon yang cepat tumbuh dan berbatang lurus.
·
Warna
Kayu: Kayu teras berwarna merah
kecoklatan dan kayu gubal berwarna kuning dan krem. Garis lingkaran tahun pinus
radiata lumayan jelas terlihat sehingga garis serat kayu pada pembelahan
tangensial bisa terlihat jelas pula.
·
Densitas: 480 - 520 kg/m3 pada MC 12%
·
Serat
kayu: Cenderung lurus tapi terdapat
banyak mata kayu karena pohon pinus radiata memiliki banyak cabang kecil pada
batangnya.
·
Pengeringan:
sekitar 12 - 15 hari untuk mendapatkan MC level 12%
·
Proses
mesin: Mudah pengerjaan, termasuk
lunak untuk pisau.
b. PINUS MERKUSII (Merkus Pine)
·
Area
tumbuh: Asia
Tenggara meliputi Kamboja, Vietnam, Malaysia, Phillipina, Myanmar dan Laos.
Terbesar adalah di area pulau Sumatra di daerah antara Gunung Kerinci dan
Gunung Talang. Di Phillipina terdapat di area gunung Mindoro.
·
Pohon: Bisa mencapai 25 - 45 meter
ketinggian dan diameter pohon hingga 1 meter.
·
Warna
Kayu: Kayu teras berwarna coklat
kemerahan dan kayu gubal berwarna kuning keputihan.
·
Densitas: 565-750 kg/m3 pada MC 12%
·
Serat
kayu: Lurus dan sama rata antara kayu
gubal dan teras.
·
Pengeringan: sekitar 12 - 15 hari untuk
mendapatkan level MC 12%.
Teknis Umum:
Teknis Umum:
1.
Kayu
pinus termasuk mudah terserang jamur, biasa disebut blue stain. Oleh karena
itulah sebaiknya pengeringan dilakukan secepat mungkin setelah penebangan.
2.
Apabila
anda memproduksi furniture yang finishing akhirnya warna atau non natural,
sebaiknya hati-hati terhadap kantong minyak dan mata kayu pada pinus. Kantong
minyak dan mata kayu memiliki permukaan yang lebih keras dibanding sisi yang
lain sehingga penyerapan bahan finishing berkurang yang mengakibatkan perbedaan
warna (transparansi).
3.
Pinus
cukup lemah terhadap perubahan suhu dan kelembaban udara, gunakan laminasi
apabila anda membutuhkan papan yang lebar.
4.
Mudah
diproses dan seratnya halus sangat membantu pada kecepatan proses finishing.
BAB III
PUNUTUP
1.
Pohon Pinus adalah pohon yang rindang
dan mempunyai banyak manfaat buat Manusia sebagai Obat.Pohon ini banyak
dijumpai didaerah yang berbukit dan pegunungan serta sekarang sudah di tanam
sebagai pohon Industri.
2.
Dari Pohon pinus sebenarnya yang di
ambil adalah getahnya,dan getah pinus itulah yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi di banding bagian pohon lainnya.Pohon Pinus di anggap produktif kalau
sudah berumur sekitar 10 sampe 15 tahun namun itu masih belum maksimal tapi
sudah bisa di hasilkan getah yang bagus walaupun hasilnya tidak begitu banyak.
1.
Diharapkan
masyarakat sadar akan pentingnya pohon pinus, baik untuk mencegah erosi,
longsong dll.
2.
Mari
kita bersama-sama menjaga dan melestarikan pohon pinus.
3.
Anak-anak
sebaik dini diberikan pengetahuan tentang manfaat pohon pinus agar kelak
eksploitasi tidak meraja lelah
4.
Kritik
dan saran yang membangun tetap kami
terima untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tentangkayu.com/2008/06/kayu-pinus.html
http://id.wikipedia.org/wiki/tusam
Risaldy. 2011. Malino dan Alamnya. Http://www.Risaldy-01blogspot.com
. 2010. Wisata Malino. Http://www.google.com
. 2012. Makalah Penelitian Malino. www.google.com
. 2012. Mamfaat Air Terjun. www.google.com
. 2013. Tanaman cengkeh. www.google.com